Minggu, 30 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #12-3









Sebelumnya



* * *



‘Mas Bim, aku sudah jadian sama Mas Endra.’

Berkali-kali Bimbim menatap layar ponsel, berharap agar kalimat itu berubah, tapi berkali-kali pula ia harus menelan kekecewaan. Pesan yang dikirimkan Ingrid dini hari tadi dan baru saja beberapa menit lalu dibukanya itu tetap terbaca sama. Bimbim menghela napas panjang. Mengurai rasa sesak dalam dada. Menguap selebar-lebarnya untuk menyambut pagi barunya hari itu.

Sabtu, 29 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #12-2









Sebelumnya



* * *



Dari balik kaca gelap mobilnya yang parkir di tepi taman, tepat menghadap ke arah jalan menuju rumah Ingrid, Ken bisa melihat keadaan di luar mobil dengan sangat jelas. Apalagi lampu jalan di pertigaan itu terang benderang. Juga ketika sebuah mobil yang sudah diingatnya betul bentuk dan jenisnya, mengurangi kecepatan saat hendak berbelok masuk ke jalan. Itu mobil Syailendra Norman seperti yang dilihat dan dibuntutinya beberapa hari lalu.

Jumat, 28 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #12-1









Sebelumnya



* * *


Dua Belas


Janjinya, Endra akan menjemput Ingrid pukul tujuh sore. Hendak wisata kuliner dulu sebelum menonton film. Oleh karenanya, pada pukul lima sebelum mandi, Ingrid asyik berguling-guling dengan Ciprut dan Badut di atas rumput halaman belakang. Dua ekor herder bersaudara kesayangan Ingrid itu tampak riang bercanda dengan nona muda mereka. Sayangnya, Lami datang mengganggu keasyikan itu.

Rabu, 26 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #11-2









Sebelumnya



* * *



“Ngomong-ngomong, Sabtu besok ini kamu mau nonton di mana, In?” Endra menoleh sekilas sambil tetap mengendalikan laju mobilnya.

“Gimana kalau di CineNine?” Ingrid menoleh, menatap Endra.

“Boleh.... Boleh...,” Endra manggut-manggut. “Habis ini coba aku pesankan tiketnya.”

Selasa, 25 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #11-1









Sebelumnya



* * *


Sebelas


Rapat dengan para manajer Mediserve berjalan dengan lancar. Tepat pukul setengah empat, Endra mengakhiri rapat itu. Dengan langkah cepat ia kemudian kembali ke ruang kerjanya. Sambil duduk, ia mengaktifkan kembali notifikasi ponselnya. Baru saja hendak meletakkannya ke atas meja, benda itu berbunyi pendek. Notifikasi WhatsApp. Endra pun segera membukanya. Pesan dari Erwin.

Senin, 24 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #10-4









Sebelumnya



* * *



Sudah menjelang pukul satu siang ketika Ingrid dan Bimbim sampai di Depok. Untungnya, urusan Bimbim sudah terjadwal, jadi bisa diselesaikan saat itu juga. Sambil menunggu Bimbim, Ingrid duduk manis di salah satu sofa empuk yang ada di lobi kantor pengembang kawasan kuliner itu. Suasana sejuk membuat Ingrid bisa berselancar dengan nyaman di dunia maya melalui ponselnya.

Minggu, 23 September 2018

[Cerpen] Tiga Keping Hati







(Keping Hati Marsya)

Ibu mau mengajak Bude Kin tinggal di sini? Yang benar saja! Apakah Ibu tak tahu kalau Bude Kin itu penyeret suasana neraka setiap kali datang ke sini? Ke rumah mungil ini? Ada saja yang tidak benar di matanya. Terutama aku. Ya, aku!
   

Jumat, 21 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #10-3









Sebelumnya



* * *



“Mas, aku ke perpustakaan dulu, nggak apa-apa?” tanya Ingrid begitu membuka pintu mobil.

Bimbim buru-buru menegakkan sandaran jok dan bersiap kembali mengemudi.

“Ayo, saja, In,” jawabnya.

Kamis, 20 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #10-2









Sebelumnya



* * *



“Jadi... Gimana kamu dengan Ken?”

Ingrid hampir saja tersedak teh lemon hangat yang disesapnya. Matanya bulat menatap Bimbim. Pemuda itu balik menatapnya. Mengirimkan senyum manis tanpa dosa. Ingrid menarik napas cukup panjang sebelum menjawab.

Rabu, 19 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #10-1









Sebelumnya



* * *


Sepuluh


Belum lagi mobil mungil Ingrid melewati pintu pagar, sebuah skutik bongsor menghalangi lajunya. Ingrid buru-buru menginjak pedal rem dan membuka jendela kanan depan. Bimbim membuka visor helmnya.

Selasa, 18 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #9-2








Sebelumnya



* * *


‘Mas Bim, sudah sampai rumah lagi?’

Untuk kesekian kalinya Ingrid menatap layar ponsel, laman aplikasi WhatsApp-nya, dan sederet kalimat itu. Sudah hampir tengah malam, tapi pesan yang dikirimkannya sejak pukul sepuluh tadi belum juga dijawab. Pelan, Ingrid merebahkan tubuhnya di ranjang.

Senin, 17 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #9-1









Sebelumnya



* * *


Sembilan


Mas Ken?

Ingrid masih terbengong-bengong. Pesan yang masuk ke ponselnya itu belum dibalasnya. Niat ada, tapi saat memegang ponselnya untuk mencoba membalas pesan itu, seketika perbendaharaan katanya menguap. Dengan kesal, ia menghempaskan diri ke ranjang.

Sabtu, 15 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #8-2









Sebelumnya



* * *



Sambil menutup pelan-pelan pintu garasi, Bimbim menatap arlojinya. Pukul 3.24. ia berjalan menuju ke arah pintu penghubung garasi dengan dapur sembari menguap. Dari jendela kaca, ia melihat dapur terang benderang. Ibunya pasti sudah bangun dan asyik bereksperimen mengutak-atik aneka menu untuk diuji coba saat sarapan nanti. Tanpa suara, dibukanya pintu penghubung. Tetty yang duduk di depan island, menghadapi sebuah baskom baja anti karat, mengangkat wajahnya.

Jumat, 14 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #8-1









Sebelumnya



* * *


Delapan


Untuk kesekian kalinya Bimbim menatap Ingrid. Untuk kesekian kalinya pula ia terpaksa mengulum kembali pertanyaan yang sudah ada di ujung lidahnya. Sepanjang pesta ulang tahun Zora, Ingrid tetap terlihat riang gembira, tapi tak selepas biasanya. Berkali-kali ia mendapati Ingrid seolah tercenung sekejap-sekejap. Pun kini, saat ia tengah mengantre es krim di area pusat jajan seperti Sabtu lalu.

Kamis, 13 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #7-2









Sebelumnya



* * *



Menjelang pukul tiga siang, Ingrid pun diantar pulang oleh Endra. Saat tiba di rumah Ingrid, terlihat ada banyak kesibukan. Pintu garasi pun terbuka lebar. Isinya beberapa meja yang sudah dipasang taplak batik. Mobil-mobil di dalamnya tak ada. Entah diungsikan ke mana.

Selasa, 11 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #7-1









Sebelumnya



* * *



Tujuh


Menjelang pukul sebelas siang hari Minggu, Ingrid sudah siap ketika Endra menjemputnya. Entah Endra akan mengajaknya ke mana, Ingrid hendak menurut saja. Hitung-hitung menebus kesalahan karena penundaan itu. Tapi ketika Endra membukakan pintu mobil untuknya, Ingrid terperanjat karena ada sapaan dari arah jok belakang.

Senin, 10 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #6-2











* * *


Endra benar-benar tak bisa berkonsentrasi mengikuti jalannya cerita film itu. Berkali-kali Joya menyembunyikan wajah di lengannya, berkali-kali pula ia terlambat menyadari adegan menyeramkan apa yang sedang terpampang di layar lebar bioskop. Semuanya karena....

Minggu, 09 September 2018

[Cerpen] Rumah Jacaranda








Kuhela napas lega begitu mendengar kabar dari Mas Diar. Dia sudah dapat rumah baru untuk tempat tinggal kami.

"Cukup besar, Bu." Suaranya berlanjut kembali menyusup ke telingaku melalui ponsel. "Rumah pojok dua lantai. Ada di tepi jalan raya. Semi furnished. Halamannya lumayan luas. Kamar tidur ada empat di atas, satu di bawah buat ART. Ada kamar mandi di dalam kamar utama. Dua lagi di luar, satu di atas, satu di bawah. Garasi muat untuk dua mobil. Listrik, air, kondisi keseluruhan semua prima. Bukan rumah baru, sih. Tapi bangunannya sangat kokoh. Aku yakin Ibu pasti suka."
  

Sabtu, 08 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #6-1









Sebelumnya



* * *

Enam


Dengan hati riang, Ingrid duduk di kursi sesuai dengan nomor tiket yang dipegang Bimbim. Bimbim selalu siap memberinya fasilitas nyaman dengan memesan lebih dulu tiket bioskop secara daring. Kali ini, mereka berdua duduk di deretan paling belakang, kursi nomor tiga dan empat dari jalur tengah. Benar-benar posisi yang nyaman.

Jumat, 07 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #5-2











* * *


Sesungguhnya, walaupun berhubungan kekerabatan cukup dekat, Rakai juga tidak terlalu akrab dengan sepupunya yang bernama Andru itu. Apalagi memang ayahnya dan ibu Andru hanya bersaudara tiri, dengan status ‘bawaan’ dari kedua pihak orang tua yang menikah lagi. Jadi mereka sebetulnya tidak ada hubungan darah. Akibatnya, Rakai juga kurang tahu banyak soal keseharian Andru.

Kamis, 06 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #5-1









Sebelumnya



* * *


Lima


Ingrid mengakhiri sesi latihan untuk anak-anak itu dengan hati riang. Sekitar lima minggu lagi grup anak-anak yang dilatihnya akan ikut pentas di TMII. Ketika tadi dicobanya untuk memadukan gerakan dengan formasi baru, tampaknya anak-anak sudah cukup memahami, sehingga latihan berjalan dengan cukup lancar walaupun masih harus diperbaiki di sana-sini.

Rabu, 05 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #4-3









Sebelumnya



* * *



Dengan resah, Ingrid berbaring telentang di ranjangnya. Tatapannya menelusuri tiap jengkal langit-langit kamarnya yang penuh pendar bintang dalam gelap. Berasal dari titik-titik cat glow in the dark yang beberapa bulan lalu ditorehkan Erwin untuk menghiasi langit-langit kamar Ingrid. Ia meraih boneka beruang teddy berwarna merah muda yang tergeletak di dekat kepalanya. boneka yang beberapa puluh menit lalu dibelikan Bimbim. Iseng, dipencetnya bagian dada boneka itu.

Selasa, 04 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #4-2









Sebelumnya



* * *



Niatnya, sore ini Bimbim ingin mengajak Ingrid untuk menemaninya keluar membeli kado untuk keponakannya yang akan berulang tahun Sabtu depan. Karenanya, setelah mandi di kantor kecil mereka, ia ikut Ernest pulang ke rumah sahabatnya itu.

Tapi....

Senin, 03 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #4-1









Sebelumnya



* * *


Empat


“Mbak, ada yang nyariin Mbak, tuh!”

Ingrid menoleh sekilas ke arah pintu. Di tengah pintu yang terbuka lebar itu, salah seorang ART-nya berdiri dan memberikan laporan.

Sabtu, 01 September 2018

[Cerbung] Perangkap Dua Masa #3-2









Sebelumnya



* * *



Perasaannya sudah tidak enak ketika dua orang itu masuk ke kafe, dan mengambil tempat di sudut terjauh dari posisinya duduk. Joya yang tengah sibuk bicara mendadak sadar ketika tiba-tiba saja Endra menghening. Ditatapnya pemuda itu. Tengah menjatuhkan arah pandangnya ke titik tertentu. Joya pun mengikuti arah pandang itu. Menengok ke arah belakangnya. Ke sebuah meja di sudut, yang dipakai oleh sepasang pemuda-pemudi kira-kira seusianya dan Endra. Pemudanya terlihat cukup gagah dan tampan, sedangkan si pemudi, ia tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena posisi duduknya membelakangi mereka. Kembali ditatapnya Endra.