Kamis, 29 Oktober 2015

[Cerbung] Ruang Ketiga #4







Episode sebelumnya :  Ruang Ketiga #3


* * *


Empat


Swandito menurunkan Seruni tanpa mampir dulu ke salon. Dengan langkah ringan, Seruni memasuki salon Dahlia. Beberapa pegawai Dahlia menyambutnya dengan senyum penuh penghormatan dan keramahan. Seruni menanggapinya dengan ceria. Bila kemarin ia menjalani perawatan pijat dan lulur, hari ini rencananya ia akan menjalani perawatan wajah, rambut, dan kuku.

Senin, 26 Oktober 2015

[Cerbung] Ruang Ketiga #3







Episode sebelumnya :  Ruang Ketiga #2


* * *


Tiga


Bukan!

Swandito menggeleng samar.

Bukan cemburu...

Swandito menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya pelan-pelan.

Kamis, 22 Oktober 2015

[Cerbung] Ruang Ketiga #2








Episode sebelumnya :  Ruang Ketiga  #1


* * *


Dua


Dahlia menatap kosong pemandangan yang seolah berlari di luar jendela mobil. Yang terpantul di kaca jendela hanya satu wajah. Yang bergema di telinganya hanya satu nama. Dan yang memenuhi benaknya hanya satu sosok.

Rengga.

Senin, 19 Oktober 2015

[Cerbung] Ruang Ketiga #1







Prolog


Adalah kau
Adalah aku
Adalah mereka
Berdiam di ruang pertama

Adalah sebuah masa
Termangu tergeletak
Menyimpan jalinan waktu lalu
Layaknya kotak pandora
Berdiam di ruang kedua

Dan ruang ketiga
Adalah kita
Di bawah atap yang sama
Di atas ranjang yang sama
Di dalam kehidupan yang sama
Dengan hati yang berbeda


* * *

Jumat, 09 Oktober 2015

[Cerbung] CUBICLE #20





Kisah sebelumnya : CUBICLE #19


* * *


Dua Puluh


Ulang tahun kedua Rira diadakan pukul sepuluh pagi. Tapi khusus untuk geng sarap, acaranya diadakan pukul satu siang. Seusai misa, Bara dan aku masih sempat mencari kado istimewa buat Rira. Pilihan Bara jatuh pada sebuah teddy bear lucu berukuran besar berwarna cokelat dengan baju bermotif tartan berwarna khas merah-hitam. Aku sendiri sejak beberapa hari lalu sudah menyiapkan kado berupa sehelai baju cantik dan sepasang sepatu imut sebagai padanannya.

Kamis, 08 Oktober 2015

[Cerpen] Mendhol Kecing







Kulkas satu pintu di sudut dapur itu bagaikan brankas harta karun bagi Zara. Setelah melalui hari yang melelahkan di kantor, sekaranglah saatnya membuka brankas harta karun itu, mengeluarkan sesuatu dari dalamnya, membaui aromanya, menggorengnya, dan kemudian melahapnya sampai habis ditemani nasi putih hangat dan sedikit sambal.

Rabu, 07 Oktober 2015

[Cerbung] CUBICLE #19





Kisah sebelumnya : CUBICLE #18


* * *


Sembilan Belas


“Kenapa baru ngomong sekarang sih?” kutatap Bara yang duduk manis di sofaku.

Aku tak menemukan topik lain untuk dibahas. Kali ini aku hanya berdua saja dengannya di apartemenku. Fajar pamitan mau menjemput Mita. Driya dan Yussi baru saja ikutan pamit mau belanja bahan untuk makan siang. Mereka berdua yang ngotot mau memasak.

Senin, 05 Oktober 2015

[Cerbung] CUBICLE #18





Kisah sebelumnya : CUBICLE #17


* * *


Delapan Belas


Yussi tengkurap di atas ranjangku. Kepalanya menyangkut di atas guling. Menoleh ke arahku.

“Baru sekarang-sekarang ini gue ngerasain kayak gini,” gumamnya.

“Ngerasain apa?” kuhempaskan punggungku ke atas ranjang.

“Kacaunya perasaan gue.”

Jumat, 02 Oktober 2015

[Cerbung] CUBICLE #17





Kisah sebelumnya : CUBICLE #16


* * *


Tujuh Belas


Kupikir aku memang harus secepatnya ‘menyelesaikan’ urusanku dengan Yussi. Sahabat yang saling menghindar satu sama lain itu bukan kejadian yang menyenangkan. Ada ganjalan tertentu di hati.

Saat itu tiba ketika sekembalinya dari maksi, aku mendapati Yussi tengah duduk di cubicle-nya. Sendirian. Tampaknya geng sarap selain Yussi dan aku tengah menyebar entah ke mana. Kesempatan bagus!