Jumat, 30 September 2016

[Bukan Fiksi] Ijinkan Saya Males Mikir Sejenak





Seharusnya kemarin lanjutan cerbung sudah tayang tapi saya terpaksa mengundurkan jadwalnya. Prediksi saya, hari ini sudah bisa mengudara. Nyatanya? Saya angkat tangan. Mau saya paksa diri untuk menulis juga nggak bakalan beres.


Kamis, 29 September 2016

[Fiksi Horor dan Misteri] Lacrimosa








Aku termangu di sudut pekarangan luas itu, tempat rumahku berdiri. Waktuku tampaknya akan segera tiba. Aku harus pergi. Mungkin aku akan diusir secara paksa. Atau mungkin lebih bagus lagi bila aku bisa mengusir diriku sendiri. Tapi ke mana? Aku mencoba untuk melihat berkeliling. Ah, mungkin ke rumah mungil di seberang jalan itu.

Selasa, 27 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #9-2










* * *


“Om Diaz itu baik, ya?”

Qiqi langsung menghentikan nyanyiannya. Ia menoleh sekilas ke arah Grandy yang tengah mengemudi di sebelah kanannya.

“Baik,” angguk Qiqi.

“Sayang sama Qiqi, nggak?”

Senin, 26 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #9-1










* * *


Sembilan


Ares melirik jam digital di dashboard mobilnya. Masih pukul sembilan lewat sedikit. Sekilas ditolehnya Winda.

“Mas sudah telanjur cuti begini, enaknya kita ke mana, nih, Win?” celetuknya.

“Wah, aku sudah telanjur suruh Obet jemput di apartemen, Mas, jam sepuluh.”

“Memangnya Obet lagi nggak jalan ke mana, gitu?”

Sabtu, 24 September 2016

[Fiksi Horor dan Misteri] Regresi








“Jadi, bagaimana?”

Aku menatapnya. Sejenak masih diliputi keraguan. Tapi melihat tatapan mata teduhnya yang seolah mensugestiku untuk mengangguk, maka akhirnya aku pun menyetujuinya.

“Oke, Lyra.” Ia terenyum. “Kita pindah ke sana, ya?”

Jumat, 23 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #8-2








Sebelumnya  



* * *


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Grandy sudah mengetuk pintu rumah Mai. Ia cukup lega melihat bahwa mobil Mai masih ada di carport. Dan wajah Mai yang menyembul dari balik pintu membuat senyumnya merekah. Mai terbengong sejenak.

“Selamat pagi...,” ucap Grandy dengan nada berirama.

Kamis, 22 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #8-1








Sebelumnya



* * *


Delapan


Siapa laki-laki itu?

Nirwan menyipitkan mata. Sebenarnya ia ingin keluar dari dalam mobil untuk memenuhi hasrat keingintahuannya. Tapi... Dihembuskannya napas keras-keras. Semua memar di bagian kiri wajahnya menghalangi ia untuk mencari tahu. Ia masih cukup punya rasa malu.

Selasa, 20 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #7-2










* * *


Perasaannya mengatakan bahwa ada yang tidak beres. Kedua satpam sekolah itu tampak ramah padanya, tapi juga terlihat sangat waspada. Memberinya sedikit perasaan tak nyaman. Ia melihat ke arah arlojinya. Pukul dua belas siang masih lama. Saat ini baru pukul sepuluhan.

“Mohon maaf, Pak,” satpam yang bernama Romi tiba-tiba menyeletuk. “Kalau boleh tahu, Bapak ini siapanya Qiqi, ya?”

Ada jeda sejenak sebelum ia menjawab dengan mantap, “Saya ayahnya.”

Senin, 19 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #7-1










* * *


Tujuh


“Qi,” Mai menatap Qiqi dalam-dalam. “Nanti kalau sudah jam pulang, Qiqi ikut Bu Ridha ke ruang guru, ya? Qiqi tunggu jemputan di sana.”

Qiqi balik menatap. Dengan sorot mata bertanya. Mai mencoba untuk tersenyum.

“Sekarang sedang musim penculikan anak,” Mai berusaha menjelaskan. “Mama nggak mau kehilangan Qiqi. Paham?”

Jumat, 16 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #6-2










* * *


Mereka berempat melangkah dengan santai di bawah siraman cahaya matahari Minggu menjelang siang, yang mengintip malu-malu dari balik gumpalan awan. Ares berjalan di depan, bersisian dengan Tyas. Menggendong sebuah boneka My Melody berukuran jumbo yang dibeli Tyas kemarin. Untuk Qiqi. Sedangkan Winda berjalan berdampingan dengan Gunadi di belakang.

Kamis, 15 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #6-1









* * *


Enam


Perlu waktu selama beberapa menit untuk bisa menguasai diri. Mai berusaha mengatur napas agar rasa sesak itu menghilang dari dalam dada. Rasa sesak yang timbul dari kemarahan luar biasa yang masih juga menggunung. Tapi sejenak kemudian ia tercenung.

Kesalahan itu...

Selasa, 13 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #5-2










* * *


“Kakek itu papanya Mama, ya, Ma?”

Tiba-tiba saja pertanyaan sederhana itu menyeruak ke dalam obrolan ringan mereka menjelang tidur. Mai tercenung sejenak sebelum membelai rambut Qiqi.

“Iya, kenapa?” sahut Mai, sabar.

“Mama punya papa. Kok, Qiqi enggak?”

Senin, 12 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #5-1










* * *


Lima


Terlalu banyak yang harus diceritakan dan ditanyakan. Sehingga hanya suasana hening yang tercipta. Ares menatap Mai dengan dentuman-dentuman dahsyat sibuk bermain di dalam hati.

Rara-nya sudah banyak berubah. Bukan lagi gadis berumur 20 tahun yang terlihat polos dan ketakutan. Tatapannya kini jauh lebih tegar. Dewasa. Matang. Tampak siap menghadapi apa pun.

Jumat, 09 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #4-2










* * *


Mai mulai mengangkat beberapa kardus berisi baju layak pakai dan boneka milik Qiqi, sekaligus memasukkannya ke dalam bagasi mobil, pagi itu. Dilihatnya Qiqi sudah cantik mengenakan celana jeans selutut, dipadu dengan blus putih berbunga oranye dan berdaun hijau. Gadis kecil itu duduk di lantai. Dengan satu tangan, ia memakaikan kaus kaki pendek di kedua belah kakinya. Gerakannya terlihat sangat terlatih dan cekatan. Terakhir, ia memasukkan kakinya ke dalam sepasang sepatu kets putih bersih dengan tutupan berperekat velcro. Selesai. Ia kemudian membuntuti Mai.

Kamis, 08 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #4-1









* * *


Empat


Seandainya belum terlalu malam untuk bertamu, ingin rasanya Ares berlari menuju ke area pemukiman yang bertolak belakang dengan letak gedung apartemennya. Detik itu juga.

Ya, Tuhan...

Ares berguling dan menenggelamkan kepalanya pada bantal.

Selasa, 06 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #3-2










* * *


Sudah hampir pukul sembilan malam ketika Winda mengetuk pintu apartemen abangnya. Hingga ketukan seri ketiga, tetap tak ada jawaban. Ia kemudian memutuskan untuk mengambil serenceng kunci dari dalam tasnya dan membuka sendiri pintu itu.

Pantesan...

Senin, 05 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #3-1









* * *


Tiga


Hati Mai terasa meleleh ketika melihat betapa binar indah memenuhi mata Qiqi ketika pianonya datang. Rama benar-benar menepati janji dan membeli benda itu untuk cucu tercintanya. Ketika benda itu sudah berdiri dengan cantiknya di sudut ruang tengah rumah Rama dan Hening, segera saja mengalir denting-denting indah yang mewarnai udara siang itu. Mai dan Hening duduk berdampingan, menikmati pemandangan itu dengan hati berlainan isi.

Jumat, 02 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #2-2










* * *


Yang bisa dilakukan hanyalah berusaha menghubungi online shop itu. NitNit Jewelry. Di sela istirahat makan siangnya, Winda menyempatkan diri langsung membuka situs NitNit. Di sana ada nomor customer service, selain semua info tentang akun media sosial yang dimiliki NitNit. Dengan mantap, dihubunginya salah satu nomor yang tertera. Setelah menunggu sesaat, ada tanggapan dari seberang sana.

Kamis, 01 September 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #2-1







Sebelumnya  


* * *


Dua


Semua perbendaharaan kata di benak Winda seolah menguap begitu suara sang abang menghilang dari telinganya. Ada jeda sejenak. Digunakannya untuk mengatur napas.

“Win... Kamu masih di sana?”