Sebelumnya
* * *
Empat Belas
“Kalau ada waktu, mainlah ke sini, Na,” ujar Aldebaran sambil menjabat tangan Kana erat-erat. “Toh, jalur Bhumi-Zertez sudah berhasil kuamankan.”
“Ya,” jawab Kana dengan suara nyaris tak terdengar.
Ini adalah hari terakhirnya di Observatorium Tandan. Lusa ia akan meninggalkan Bhumi dan Via Lactea. Menuju ke kehidupan baru di Zertez bersama Gematri.
Dalam waktu hampir setahun belakangan ini Kana dan Gematri berhasil memantapkan hati dan mengambil keputusan bulat untuk bersama merajut kehidupan baru di planet Zertez, galaksi Triangulum. Keduanya menikah begitu Gematri menyelesaikan tugasnya sebagai presiden Ancora, dan melepaskan jabatannya sebagai Ketua Federasi Galaksi Andromeda. Itu dua bulan yang lalu. Kana masih butuh waktu untuk mendidik penggantinya. Apalagi Observatorium Tandan juga belum lama ditinggalkan oleh Moses.
Selama dua bulan ini, Gematri menyiapkan kehidupan mereka di Zertez. Pemerintah Zertez menyambut dengan gembira bergabungnya para ahli dari semesta, termasuk Gematri dan Kana. Menyediakan fasilitas terbaik untuk Gematri dan Kana di kompleks apartemen pejabat dan ilmuwan. Gematri sendiri segera diangkat jadi kepala lembaga pendidikan kedokteran militer Zertez. Dan, sudah ada tempat bagi Kana di lembaga penelitian utama Zertez bila datang bergabung nanti.
Seusai menghadiri acara perpisahan dengan para sahabat dan rekan sekerjanya di Observatorium Tandan, Kana pun pulang ke apartemennya. Ternyata Gematri sudah ada di sana.
“Lho, bukannya seharusnya kamu datang besok, Volans?” Kana mengerutkan kening.
“Sepertinya kamu tak suka aku datang,” gerutu Gematri.
Kana tertawa, dan keduanya berpelukan.
“Ada salam dari Ibu,” bisik Gematri di telinga Kana.
“Ha! Aku sudah rindu pada Ibu,” sahut Kana dengan mata gemerlap.
Makin dekat mengenal Gematri, Kana makin dekat juga mengenal Azayala. Apalagi bersamaan dengan kedekatan Kana dengan Gematri, profesor peneliti dari Gerose itu mengajukan pensiun, dan lebih banyak tinggal bersama Gematri di Ancora.
Kana, yang seumur hidup tak pernah punya pengalaman memiliki ibu, senang sekali boleh mengenal lebih dekat ibu Gematri itu. Azayala pun membalasnya dengan kasih sayang berlimpah. Bahkan, apartemen untuk Azayala sudah siap di sebelah apartemen sang putra dan menantunya di Zertez. Azayala masih jernih pikirannya. Masih bisa menyumbangkan keahliannya sebagai peneliti paruh waktu di Zertez.
“Besok jadi ke tempat Salindri?” tanya Gematri.
Kana mengangguk. Sudah jauh hari Salindri berpesan agar Kana dan Gematri bersedia meluangkan waktu untuk bertemu sebelum Kana ikut Gematri pindah ke Zertez.
“Nah, sekarang,” Kana menggosokkan kedua telapak tangannya, “kamu mau makan di sini atau di luar?”
“Di mana saja, asal bersamamu,” Gematri menyunggingkan senyum tampannya.
Kana meringis lucu. Gombal! Batinnya. Tapi tak urung hatinya melonjak kegirangan digombali Gematri sedemikian rupa.
* * *
Salindri menjamu Kana dan Gematri di kediaman pribadinya yang mungil di sebuah kompleks pejabat tinggi Javantara. Sesungguhnya Salindri meyayangkan keputusan Kana untuk meninggalkan Bhumi. Tapi ia tak mau masuk terlalu dalam ke urusan pribadi Kana dan Gematri, walaupun Gematri masih memiliki hubungan darah cukup dekat dengannya.
“Aku senang Bibi akhirnya memutuskan untuk ikut dengan kalian,” ujar Salindri. Ia kemudian menatap Kana. “Tahu, tidak? Bibi senang sekali punya menantu sepertimu, Na.”
Kana tersipu malu karenanya. Salindri mengalihkan tatapannya pada Gematri.
“Ibumu ingin menebus kebersamaan kalian yang pernah hilang,” ucapnya dengan nada sangat serius. “Aku senang sekali kamu mau memberinya kesempatan. Ibumu orang baik. Banyak sekali sumbangsihnya bagi perkembangan semesta.”
“Ya,” Gematri mengangguk. “Dunia Ibu memang dunia ilmu pengetahuan. Cocok dengan Kana. Untuk urusan itu, aku ada di luar lingkaran.” Gematri tertawa lebar.
Salindri dan Kana pun ikut tertawa. Tapi sejenak kemudian Salindri kembali serius.
“Kalian sudah benar-benar siap menjalani hidup baru di tempat asing?” tanyanya.
Kana dan Gematri bertatapan sejenak, sebelum sama-sama menatap Salindri.
“Siap,” tegas Gematri.
“Harus siap,” timpal Kana.
Salindri tersenyum. Wajahnya terlihat puas.
“Kalian raihlah keberhasilan di sana,” pesan Salindri. “Di mana pun kalian berada, rawatlah kebersamaan kalian. Tidak mudah, tapi aku yakin kalian bisa.”
Kana dan Gematri kembali saling menatap. Tersenyum dengan mata gemerlap.
* * *
Ilustrasi : www.pixabay.com (dengan modifikasi)
Mari singgah juga ke cerpen terbaru berjudul "Koin" ini. Terima kasih....
Mari singgah juga ke cerpen terbaru berjudul "Koin" ini. Terima kasih....