Selasa, 15 Januari 2019

[Cerbung] Portal Triangulum #12-2









Sebelumnya



* * *



Keesokan paginya, Kana bangun dengan semangat yang seolah menguar dari seluruh pori di sekujur tubuhnya. Dengan ringan ia melenting dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Sambil bernyanyi riang, ia membersihkan tubuhnya dari puncak kepala hingga ujung jari kaki.

Setelah itu mengeringkan tubuh, ia segera mengenakan seragam kerjanya. Seperangkat overall dan sepatu bot berwarna cokelat muda. Sambil memanaskan paket sarapannya di microwave, dibukanya alat komunikasi. Berharap sudah ada jawaban dari Jim. Tapi justru pesan panjang dari Moses yang dijumpainya.

Diputuskannya untuk menunda sejenak membaca pesan Moses itu. Dikeluarkannya pinggan bundar dari microwave. Sambil tangannya yang sebelah menjangkau pintu kulkas, ia meletakkan pinggan itu di atas meja sebuah makan mungil. Dari dalam kulkas, diambilnya sekotak susu cokelat. Sambil menuangkan susu yang tinggal sedikit sampai habis ke dalam gelas, ia duduk dan mulai membaca pesan Moses.

‘Hai, Na!
Kupikir suatu saat kamu harus datang berkunjung ke sini. Catana itu indaaah sekali! Amarilya bercerita bahwa Catana punya dua bintang dan empat bulan. Bintang redup yang hangat dan empat bulan yang memantulkan cahaya aneka warna. Aku baru dua malam di sini. Baru melihat satu bulan saja. Barangkali sampai aku pulang nanti belum bisa menjumpai semuanya.
Mm .... Ngomong-ngomong soal pulang, entahlah, Na. Aku terjebak di antara keinginan untuk pulang dan keinginan untuk tinggal di sini. Pusat penelitian di sini besar sekali, Na. Berjalan beriringan dan maju bersama dengan laboratorium sihir. Menarik sekali! Ada tempat untukku kalau aku tetap tinggal di sini.
Mengenai Amarilya, aku jatuh cinta kepadanya, Na. Bahkan seandainya dia hanya seorang perempuan biasa dan bukan seorang ratu. Tapi aku sama sekali belum mengambil keputusan. Aku tetap butuh seseorang untuk diajak bicara. Seseorang yang sudah kuanggap bagian dari diriku sendiri. Orang itu kamu, Na.
Kamu sendiri tahu, kan, kalau kita di semesta ini tak punya keluarga? Bagiku, keluargaku hanya kamu. Di luar lingkaran kita ada teman-teman. Tapi tentu saja sudah beda arti dan rasa.
Jadi, menurutmu, aku harus bagaimana? Keputusan apa yang harus kuambil?
Tapi apa pun keputusanku nanti, kita tetap keluarga, Na. Apalagi Catana dan Bhumi, Andromeda dan Via Lactea, terhubung dalam jalur yang bersih dan aman melalui portal lubang cacing. Kita masih bisa saling mengunjungi.
Aku tahu pekerjaanmu banyak. Tapi aku minta waktumu sedikiiit saja untuk ikut memikirkan nasibku.
Aku tunggu jawabanmu, Na.
Oh, ya, Aldebaran sudah sampai di Gerose. Waktu kami berangkat, kami sempat mengobrol. Dia bercerita bahwa dia sudah mengantungi izin dari Ibu Salindri dan Yang Mulia Caruso untuk mencoba membuka portal antara Triangulum (diutamakan melalui Gerose) dan Via Lactea (di pusat portal Observatoirum Tandan). Rencananya, dia akan mencoba pulang ke Bhumi melalui portal itu. Aku sendiri akan langsung pulang dulu ke Bhumi setelah cutiku habis. Setelah itu, aku belum tahu.
Oke, Na, selamat bekerja. Jangan lupa, balas pesanku ini.
Jitak 1000x,
Moses ‘Petri #4479’

Kana mengulum senyum membaca nick name  Moses. Bila Moses berasal dari cawan petri nomor 4479, maka nomor cawan petri tempat ia dibiakkan adalah nomor 4480. Bahkan mereka sudah bertetangga sejak mula.

Tapi sedetik kemudian senyumnya lenyap. Moses meminta sarannya, sedangkan ia sendiri masih bingung memikirkan nasibnya. Apalagi Jim kelihatannya memang benar-benar belum sempat membalas pesannya.

Dihelanya napas panjang. Ia berdiri ketika mendengar bel pintu apartemennya berbunyi. Mandalika didapatinya mengulas senyum tepat di depan pintu yang dibukanya.

“Pagi, say!” sapa Mandalika dengan suara riang.

Sebelum Kana menyuruhnya masuk, gadis itu sudah nyelonong begitu saja.

“Kamu masih punya paket sarapan, Na?” Mandalika sudah membuka pintu kulkas.

“Ada, pilih saja,” Kana menutup pintu kembali.

Hari memang masih pagi. Selain itu, pusat penelitian tempat mereka bekerja tak jauh tempatnya. Jadi, Mandalika masih bisa dengan santainya nimbrung ke apartemen Kana yang terletak satu lantai di atas apartemennya untuk ‘meminjam’ paket sarapan.

Dalam hitungan menit, Mandalika sudah duduk menghadapi sebuah pinggan bundar berisi paket sarapan yang sudah hangat dan segelas air putih.

“Mau susu?” tanya Kana. “Aku bukain yang baru.

Tapi Mandalika menggeleng. Ia mengatakan bahwa paket sarapan hangat dan segelas air putih sudah cukup untuknya. Kana pun mengambil tempat di seberang Mandalika. Di tangannya, masih tergenggam alat komunikasinya.

“Semalam habis berapa?” Kana terlihat sudah siap mentransfer sejumlah uang ke rekening Mandalika melalui alat komunikasinya.

Sambil mengunyah, Mandalika menyebutkan angka yang sudah dibayarkannya semalam ke kasir bistro. Tak ada hitungan menit, Kana sudah melunasi ‘utang’ traktiran semalam seraya mengucapkan terima kasih kepada Mandalika.

“Ngomong-ngomong, kamu beneran serius sama Yang Mulia Gematri?” Mandalika meringis dan mengerjapkan matanya dengan gaya jenaka.

“Volans,” tukas Kana, sedikit jengah. “Dan, jangan coba-coba bikin gosip macam-macam. Pokoknya, kalau ada berita yang perlu kubagi, kalian adalah yang nomor satu tahu.”

Cukup adil! Mandalika tersenyum. Saat ia membuka mulut untuk bicara hal lain, bel pintu terdengar menggema nyaring.

“Sebentar.” Kana bangkit dari duduknya dan melenggang pergi dari pantry.

Siapa lagi bertamu pagi-pagi begini? Kana menggeleng samar. Sedikit mengkhawatirkan paket sarapannya yang tinggal dua kotak. Ia sedang malas berbelanja.

Dengan setengah hati, dibukanya pintu apartemen. Dan, matanya bulat membelalak melihat siapa yang berdiri tepat di depannya.

“Hai!” sapa tamunya itu.

Tanpa berkata apa-apa, Kana menubruk dan memeluknya erat.

* * *

“Sudahlah, temui saja dia secara langsung,” ucap Lily. “Masalah ini cukup genting buat dia. Kamu, kan, tak mau melihat dia salah langkah.”

Jim menatap Lily. Menemukan antusiasme meluap dari sepasang mata indah perempuan yang dinikahinya empat tahun yang lalu itu.

Lily sangat memahami seperti apa bentuk hubungan Jim dengan Kana. Apalagi setelah mengenal Kana secara langsung, dan mengetahui sejarah kehidupan gadis itu. Ia benar-benar mendapati sosok adik kecil dalam diri Kana.

Semalam, saat selesai bercinta dengan Lily, Jim mendapati ada pesan yang masuk ke alat komunikasinya. Sebuah pesan yang cukup panjang dari Kana. Sambil masih bergelung di dalam selimut, ia dan Lily membaca pesan itu bersama-sama. Dan, mereka saling berpandangan setelahnya.

“Jadi aku harus mengajukan cuti mendadak?” gumam Jim.

“Ha! Setelah kamu bekerja lembur nonstop selama tiga minggu berturut-turut, tentu saja kamu berhak cuti mendadak!’ gerutu Lily. “Kamu manusia, Jim. Bukan android!”

Jim berpikir lagi. Menimbang-nimbang. Akhirnya ia menyetujui saran Lily.

Setelah menghubungi atasannya, ia segera bersiap. Agar lebih cepat, ia menggunakan kapsul teleporter pribadi yang ada di dalam kamarnya dan Lily. Setelah mencium kening Lily, ia pun melangkah masuk ke dalam kapsul, dan seketika sampai di lorong depan apartemen Kana.

* * *


Ilustrasi : www.pixabay.com (dengan modifikasi)