(Terinspirasi dari lagu berjudul “Let Me Love You This Way”
yang dinyanyikan oleh James Ingram)
Prolog
Satu
demi satu para pelayat beranjak pergi. Kepadatan di sekitar makam baru itu
berangsur lenyap. Hanya tersisa beberapa gelintir orang saja. Semua berbusana warna
gelap, dengan wajah dipenuhi kesedihan. Dengan genangan bening masih membayang
di mata mereka. Di bawah mendung kelabu yang menggantung begitu rendah. Siap
untuk mencurahkan tetes-tetes air hujan.
Satu
demi satu pula akhirnya titik-titik hujan luruh membasahi bumi. Ada yang
menarik lengannya dengan sangat halus, tapi Rika bergeming. Ditatapnya nisan sementara
yang beberapa ratus detik lalu baru saja ditancapkan ke tanah. Mengeja sebuah
nama yang tertera di sana. Andries Emerald Undap.
“Hujan,
Nak...” Sebuah bisikan lembut bernada berat mengelus telinganya. “Ayo, kita
pulang.”
Rika
mengerjapkan mata. Terasa panas dan perih, tapi kering. Tak ada lagi air mata
yang tersisa. Maka, diputuskannya untuk menaikkan kedua ujung bibirnya. Sedikit.
Nyaris tak kentara.
Dries, aku pulang dulu. Besok aku ke
sini lagi.
Dipaksanya
untuk melangkah lebih cepat ketika hujan merinai makin kerap. Sedikit tersaruk.
Dan, hujan seakan menunggunya hingga aman berada di dalam mobil. Ketika pintu
mobil sudah tertutup sempurna, hujan seolah tercurah begitu saja dari langit.
Dilemparkannya
tatapan ke luar jendela. Seluruh area kompleks pemakaman itu seolah diliputi kabut
akibat derasnya hujan. Makam Andries pun seolah menghilang dari pandangan. Ia
pun merebahkan kepala pada sandaran jok.
Perasaannya
seolah melayang tak tentu arah. Bertabrakan pada setiap sudut. Hingga kosong
pada satu titik. Berkumpul pada dua sisi yang berlawanan. Sedih sekaligus
gembira. Sesak sekaligus lega. Kehilangan sekaligus merelakan. Lalu, deja vu tiba-tiba.
“Andries
sudah nggak sakit lagi....” Suara lembut dari sisi kanan itu terdengar
mengambang di telinganya. “Sama seperti mendiang Papa. Dia akan segera
berbahagia di Surga.”
Seperti mendiang Papa..., ulangnya
dalam hati. Seperti saat pemakaman Papa. Jadi...
beginikah rasanya kehilangan lagi?
Pelan,
ia mengatupkan mata. Baru detik ini ia merasakan lelah yang luar biasa. Setelah
hampir sepuluh hari lamanya nyaris tak pernah beranjak dari sisi Andries. Sejak
kondisi laki-laki itu drop, dibawa ke
IRD, masuk ke ICU, hingga tiba akhir dari upacara pemakaman.
Apakah seperti ini rasanya siap
kehilangan Andries?
Ia
menggeleng samar. Bagaimanapun, dadanya masih diimpit perasaan sedih dan sesak.
Dan, ia tak mencoba untuk menghindar ketika bahunya direngkuh dengan sangat halus.
Dihelanya napas panjang. Membiarkan indra penciumannya sejenak dibuai lembutnya
aroma parfum yang dipakai sang ibu.
“Setelah
ini kamu istirahat,” ucap ibunya. “Total. Biar semua pekerjaanmu Mama yang
urus. Ambillah jeda beberapa hari, sampai kamu benar-benar pulih dan siap
bekerja lagi.”
Ia
hanya bisa mengangguk. Sejujurnya, ia memang lelah sekali.
* *
*
Ilustrasi
: www.pixabay.com, dengan modifikasi
Catatan
:
Hai! Hai! FiksiLizz kembali lagi ya. Dah
kelamaan liburnya. Penyakit habis libur, pasti nanti kisah cerbungnya nanti
kedodoran. Mohon maaf sebelumnya ya... Yang sabar ngadepin penulis abal-abal
kayak FiksiLizz.
Selamat menikmati kembali sajian cerbung
di FiksiLizz!
Cerbungbke 4 yg kubaca jeng Lizzzz....kayak candu bagiku....maturnuwun....lanjut...
BalasHapusMohon maaf, baru bales komennya. Yang komen ini siapa ya? ππΌππΌππΌ
Hapus