Untuk kesekian kalinya Renata hanya berdua saja dengan laki-laki itu di dalam lift. Sudah hampir sebulan. Mau tak mau Renata nyaris hafal lekuk liku wajah laki-laki itu. Bersih, tampan, tampak profesional dengan kacamata yang bertengger di puncak hidung mancungnya.
Siapa
dia? Renata tidak tahu. Bahkan seujung nama pun tidak. Di lantai berapa
laki-laki itu bekerja? Renata pun terpaksa geleng kepala. Dia selalu keluar
dari lift di lantai 11, sebelum laki-laki itu keluar. Tanpa sadar Renata
mendesah. Dan dia melihat pantulan bayangan di pintu lift, laki-laki itu
menoleh sekilas ke arahnya. Renata langsung pura-pura melihat arlojinya. Selalu
angka yang hampir sama, sekitar pukul 7 pagi.