* * *
Delapan
"Kalau harga yang dia minta segitu, kita masih punya sisa uang, cukup untuk menambah oven," bisik Gianluca.
Maya mengangguk.
* * *
Delapan
"Kalau harga yang dia minta segitu, kita masih punya sisa uang, cukup untuk menambah oven," bisik Gianluca.
Maya mengangguk.
* * *
Keluar dari jalur sepi Kebondalem, Maya mengarahkan mobil ke Ringroad Utara. Masih ada banyak kantung-kantung kehidupan di sana. Apalagi ketika mendekati daerah sebaran kampus.
* * *
Enam
Rencananya, baru pada Sabtu keesokan harinya Maya akan mencari tiket untuk pulang ke Genoa. Masalah di nDalem Karyayudan sudah selesai. Rumah pusaka keluarga itu sudah aman berada penuh di tangan ayahnya. Namun, kedatangan Gianluca membuyarkan semua rencana itu. Maya kecewa? Tentu saja tidak.
* * *
"Nyuwun pangapunten sebelumnya, Paklik, Mas, Mbak, Adik-adik semua yang ada di sini," ucap Santi dengan suara terdengar tegar. "Senin kemarin ini, saya sudah mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Saya mohon maaf juga atas semua kesalahan saya selama menjadi bagian dari keluarga ini. Saya dan anak-anak sudah banyak merepotkan keluarga ini. Terima kasih atas semuanya."
* * *
Saat membantu menyiapkan makan siang, Hida bertutur panjang mengenai keadaan keluarganya. Semua mendengarkan dengan hati sedih.
* * *
Lima
Ketika Sunu muncul menjelang pukul sepuluh pagi keesokan harinya, suasana menyenangkan yang semula mewarnai nDalem Karyayudan perlahan menyurut. Semua yang sudah hadir terlihat menyambut, tapi tetap saja ada aroma ketegangan yang menguar tanpa bisa dicegah. Laki-laki itu datang bersama Izah, istri keduanya, tanpa ketiga anak mereka.
* * *
Empat
Sesuai kesepakatan melalui WAG, pertemuan sebagian anggota Trah Karyayuda diadakan pada hari Jumat, hampir dua minggu kemudian, pada suatu akhir pekan panjang yang dimulai pada hari Kamis.
* * *
Tiga
Pada hari ketiga keberadaan Maya di Jogja, barulah mereka benar-benar punya waktu untuk bertukar pikiran. Hanya mereka berempat. Maya, Nika, Sancoyo, dan Martina. Karel bermain dengan anak-anak di pendopo supaya tidak mengganggu pembicaraan.
* * *
Pulang dari rumah Partono, Maya mampir untuk membeli bunga tabur makam di pasar kaget yang ada di tepi pertigaan jalan dari rumah Partono menuju ke nDalem Karyayudan. Rencananya, ia akan langsung nyekar di makam Trah Karyayuda. Letaknya tak jauh dari nDalem Karyayudan. Hanya tepat di sebelahnya saja.
* * *
Dua
Ada pihak yang merasa turut berhak atas nDalem Karyayudan. Itu pangkal masalahnya saat ini. Siapa? Oh, ya, sebenarnya Maya sudah tahu jawabannya.
* * *
Begitu masuk ke mobil Nika, Maya langsung mencocokkan arloji di pergelangan tangan kirinya dengan jam digital di dasbor. Masih pukul 16.32. Tadi saat menunggu kopernya keluar, Maya sempat mengirim pesan kepada Gianluca, memanfaatkan wifi bandara. 'Caro (sayang [maskulin]), aku sudah sampai Jogja. Nanti sampai di rumah, aku v-call, ya.'
Satu
Matahari pagi awal musim panas bersinar malu-malu di luar jendela pesawat yang mulai lepas landas. Maya menghela napas panjang. Inilah awal perjalanan panjangnya dari Genoa ke Yogyakarta.