Selasa, 30 September 2014

[Cerpen] Turun Ranjang





http://ubayamajuterus2010.blogspot.com/2010/10/design-kue-pengantin-unik-dan-kreatif.html



Episode mengejar Carlo benar-benar sudah tamat ketika pemenangnya ‘diumumkan’. Seketika Electra terpuruk dalam dunianya yang terkesan berwarna kelabu. Ia berubah dari lincah seperti gasing menjadi lebih ‘alim’ dan pendiam. Ia berubah dari ingin diperhatikan menjadi menepi dan menyingkir pelan-pelan. Hampir semua orang tahu kenapa dan ia memilih untuk pergi. Menghindar sejauh mungkin dari persiapan menuju ke suatu titik. Pernikahan Carlo dengan Gloria, satu-satunya kakak yang ia miliki.

Jakarta yang meriah selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, menjadi tempatnya mengasingkan diri dengan aman. Pekerjaan yang menjanjikan, kehidupan sosial yang menyenangkan, ia berusaha menikmatinya sambil meleburkan segalanya tentang Carlo jadi butiran debu tertiup angin.

Tapi entah kenapa angin itu seolah angin mati yang tak pernah bergerak selama berbulan-bulan. Jadi Carlo tetaplah tinggal jadi remah-remah yang terkadang mengumpul begitu saja di sudut hatinya. Terkadang ditengoknya sejenak tanpa rasa apa-apa. Terkadang malah menimbulkan perih yang menyiksa.

Rabu, 17 September 2014

[Cerpen] Perangkap Angin Dan Hujan





www.youtube.com


Mendengar pintu depan terbuka, Painah segera berlari kencang. Dilihatnya sebelah kaki Antares sudah menjejak lantai teras.

“Maaas!” teriaknya kencang. “Di luar anginnya kencang. Nanti Mas Ares sakit!”

Antares memutar badannya sejenak. Ditatapnya Painah dengan tajam, membuat Painah mundur dua langkah.

Selasa, 16 September 2014

[Fiksi Fantasi] Taman Embun Di Balik Cermin





http://heavy-stuff.com/embun/embun.html


Setiap aku menatap cermin, aku hanya bisa menatap kehampaan yang seolah tak berujung. Membelenggu setiap hariku yang sama hampanya dengan tatapanku yang terpantul di seberang sana.

Aku sudah hilang tanpa sisa ketika cairan panas itu melelehkan kulit wajahku tanpa ampun. Ketika menyadari jadi apa aku sekarang aku hanya bisa meraung hingga aku kelelahan. Tenggelam dalam kegilaan yang tak bisa kuhindari.

Kadang-kadang aku melihat bayangan Davin berlayar di cermin seolah mengejekku tanpa ampun. Aku ingin membunuhnya, sumpah! Dia yang membuat aku kehilangan wajah hanya dua minggu sebelum pernikahanku dengan Julian. Dan aku bukan hanya kehilangan wajah ketika air keras itu disiramkannya padaku, tapi juga Julian. Julianku kehilangan kendali atas motornya. Semuanya oleng di luar kendali dan truk itu menghantamnya dari depan tanpa ampun.