Senin, 21 Agustus 2023

[Cerbung] nDalem Karyayudan #1







Satu



Matahari pagi awal musim panas bersinar malu-malu di luar jendela pesawat yang mulai lepas landas. Maya menghela napas panjang. Inilah awal perjalanan panjangnya dari Genoa ke Yogyakarta.


Pulang ....


Maya mengerjapkan mata.


... sendirian.


Gianluca tak mungkin meninggalkan restoran kecil yang selama ini sudah mereka dirikan dan pertahankan sedemikian rupa. Mempertaruhkan hampir semua euro yang mereka miliki hingga ke sen-sennya. Apalagi bila hanya untuk menemani Maya pulang ke Jogja. Secinta apa pun Gian terhadap Maya.


Hanya ....


Maya kembali mengerjapkan mata. Mengingat kembali sapuan bibir Gian pada bibirnya beberapa puluh menit lalu, saat hendak melepasnya masuk ke terminal keberangkatan bandara Genoa. Hangatnya masih terasa hingga detik ini.


Bisikan lembut Gian terngiang kembali di telinganya, "Segeralah pulang kalau urusanmu sudah selesai, mia Maya cara." (= Mia-ku sayang)


Pulang. Pu-lang ....


Maya mengeja kata itu.


Ke mana sebetulnya ia harus pulang? Genoa ataukah Jogja? La Cucina di Colletti ataukah nDalem Karyayudan (baca: Karyoyudan)?


Separuh jiwanya adalah Gianluca Colletti. Laki-laki asli Genoa itu dinikahinya lima tahun lalu. Keduanya berbagi mimpi yang sama. Keduanya adalah potongan-potongan puzzle yang sudah terasa pas pada tempatnya.


Maya tak keberatan ikut Gian menetap di Genoa demi menggapai mimpi mereka. Mimpinya dan Gian. Memiliki suatu tempat berbagi resep-resep rahasia keluarga yang mereka miliki. La Cucina di Colletti-lah pada akhirnya, Dapur Colletti, sebuah restoran kecil dengan pemandangan menghadap ke Laut Liguria.


Tapi, Jogja ....


Jogja adalah tempat Maya lahir, tumbuh, dan besar. Tempatnya memupuk mimpi menjadi seorang chef. Pada akhirnya Jogja memang harus ia tinggalkan untuk mengejar mimpi itu. Tak mau tanggung, ia mengepakkan sayapnya ke Paris, ke Le Cordon Bleu, sekolah masak yang sudah terkenal di seantero dunia.


Jogja tetap menjadi tempatnya pulang saat libur. Tidak terlalu sering, karena ia harus berhitung jeli apakah uangnya masih cukup. 


Dari Paris, ia kemudian meluncur ke Lyon. Mengawali karier dari dasar sebagai cook helper di sebuah restoran kelas menengah di Rue du Garet. Lalu ia merangkak naik, hingga menjadi seorang chef de partie pada tahun keempat. Menjelang tahun kelima, ada tawaran yang lebih baik di lain restoran, lain kota pula.


Dari Lyon, ia pindah ke Nice. Di sanalah ia bertemu Gianluca Colletti. Seorang sous chef di tempat kerja barunya.


Gianluca Colletti langsung mengguncang hatinya? Ya, tapi tidak dengan cara yang menyenangkan. Atasan langsungnya itu adalah seorang perfeksionis sejati. Standarnya tinggi. Semuanya harus sesempurna mungkin, bahkan hingga hal terkecil. Tak ada satu hari pun tanpa ia kena tegur Gianluca.


Pada minggu-minggu pertama, ingin sekali rasanya ia tiap kali mengepruk kepala laki-laki itu dengan sekarung kulit durian. Namun, selanjutnya ia mulai kebal. Satu-satunya jalan untuk terhindar dari omelan Gianluca adalah dengan meningkatkan kualitas kerja dan melipatgandakan ketelitian. Lalu, omelan Gianluca pun mulai menurun frekuensinya. Hingga muncullah benih-benih rasa cinta, karena sesungguhnya Gianluca adalah pribadi yang sangat hangat di balik kebengisan profesional yang laki-laki itu miliki.


Perlu waktu tiga tahun untuk memantapkan diri dan hati. Tiga tahun penuh kucing-kucingan karena tidak boleh ada hubungan asmara antara sesama staf di restoran tempat keduanya mengumpulkan euro.


Bertepatan dengan kabar sakitnya sang ibu, Maya memutuskan untuk mengundurkan diri pada akhir tahun berikutnya. Pulang ke Indonesia. Pulang ke Jogja. Pulang ke nDalem Karyayudan. Dan, Gianluca tetap di Nice.


Hubungannya dengan Gianluca masih terus berlangsung. Hubungan jarak jauh yang sungguh melelahkan jiwa. Apalagi banyak hal yang terjadi kemudian.


Pengumuman bahwa pesawat yang ditumpangi akan segera mendarat di bandara Leonardo da Vinci Roma menyentakkan Maya dari lamunan. Ia menyempatkan diri melihat arlojinya. Pukul 7.40.


Dilabuhkannya kemudian pandangan ke luar jendela. Matahari tak lagi bersinar malu-malu. Pesawat perlahan kembali ke bumi. Mendarat dengan mulus.


Perjalanannya baru secuil. Ia masih harus berganti pesawat lainnya menuju ke bandara Schipol Belanda. Lalu ganti pesawat lagi di Hongkong Lalu ganti lagi di Jakarta.


Diembuskannya napas panjang sebelum bersiap turun. Berharap apa pun atau siapa pun yang ada di nDalem Karyayudan bersabar menunggu kedatangannya.


* * *


Selanjutnya

4 komentar:

  1. Beuuh...aku seperti keluar dari goa setelah berabad2 terperosok. Dan Tulisan pertama yg terbaca adalah ini,gegara di statuskan WA...saiki bar moco gari ngelune mergo nagih episode selanjutnya๐Ÿ˜ญ lanjooiet mbak luuuuuiiis..kutungguuu yes. (Timbang aku ngubengi Tjelaket) GBU๐Ÿ’❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dah mengudara episode 2-nya, ya, Maaak. GBU too. ๐Ÿ™๐Ÿผ๐Ÿ˜˜๐Ÿ’•

      Hapus
  2. Mb Liiiiiiiissssss aq kangeeeeeennnnnn !!!!!!
    Aq nginceng gek WA onok jalure. Sidoe kemping gek kene mane aq.
    Sayange bu Tiwi ganok wesan yo. ๐Ÿ˜ญ
    Biasae rame bahas critoe mb Lis gek wag. ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komen sing lucu-lucu ae tah, Nit. Endi Kenyut? Sibuk a? ๐Ÿ˜˜

      Hapus