Selasa, 29 Januari 2019

[Cerbung] Portal Triangulum #15 (Tamat)









Sebelumnya



* * *


Lima Belas


Pesawat pribadi Gematri mengudara secara vertikal diiringi lambaian tangan orang-orang yang mengantarkan ia dan Kana hingga ke hanggar Observatorium Tandan. Aldebaran yang berada di menara pusat kemananan observatorium segera mengaktifkan portal lubang cacing menuju ke galaksi Triangulum. Setelah memastikan bahwa lorong itu benar-benar aman dan stabil, barulah Aldebaran memberi izin pesawat kecil Gematri untuk melewati portal.

Gematri sempat membuat formasi berputar di udara sebagai ucapan pamit sebelum mengarahkan pesawat itu ke portal. Dengan kecepatan maksimun, ia kemudian melaju lurus masuk ke gerbang portal. Dalam hitungan detik, pesawatnya hilang ditelan lubang mengangan yang bagian tepinya berpendar warna-warni. Setelah mendapat laporan dari Gematri bahwa pesawatnya sudah berada di jalur yang tepat, barulah Aldebaran menutup dan mengunci kembali portal Triangulum.

Kana benar-benar menikmati perjalanannya kali ini. Ternyata, Gematri adalah pilot yang cukup andal. Terbukti pesawat kecil itu tak mengalami guncangan hebat ketika memasuki portal Triangulum, walaupun dihantam turbulensi. Setelah jalur turbulensi berakhir dan memasukkan koordinat ujung portal secara benar, Gematri mengubah mode kemudi pesawat menjadi auto-pilot. Lampu indikator segera menyala hijau.

“Mau menikmati perjalanan ini dengan sekaleng minuman manis, Nyonya?” Gematri tersenyum lebar sambil menyodorkan sekaleng minuman ringan pada Kana.

Di luar jendela pesawat tak ada pemandangan indah yang bisa dinikmati. Hanya ada kilasan dan kelebat cahaya berwarna-warni yang cukup membuat pusing bila diamati. Kana dan Gematri memutuskan untuk menghabiskan waktu perjalanan mereka dengan mengobrol aneka topik ringan. Sesekali tawa meriah pecah ketika obrolan mereka menyentuh hal-hal yang jenaka.

* * *

Obrolan itu berakhir ketika alarm berbunyi pendek dan lampu indikator berkedip kuning. Gematri dan Kana segera memasang kembali sabuk pengaman. Gematri mengambil alih kemudi dan mematikan mode auto-pilot. Sekaligus ia juga menyelaraskan frekuensi radio komunikasi. Pesawat kecil mereka bergetar hebat ketika memasuki jalur turbulensi menjelang ujung portal. Tapi radio komunikasi berfungsi sempurna. Petugas di planet Zertez memandu mereka untuk keluar dengan aman dari portal. Ketika pesawat kecil itu meluncur keluar dari portal, Kana pun ternganga.

Ia belum pernah mengunjungi planet Zertez. Keadaan planet Zertez hanya diketahuinya secara virtual melalui rekaman video. Tapi sungguh, palnet kecil itu terlihat subur dan indah. Setelah meminta izin pada otoritas keamanan Zertez, Gematri pun membawa Kana terbang mengelilingi planet itu.

“Hanya sepertiga bagian planet yang boleh dihuni,” Gematri memulai penjelasannya. “Itu pun tata letaknya dirancang dengan sangat cermat. Tak boleh ada rumah tapak. Semua penghuni planet harus tinggal di apartemen pencakar langit demi menghemat lahan. Lahan-lahan tersisa pun dihijaukan dan dijaga betul kesuburannya. Sepertiga bagian lain Zertez adalah tandon air abadi berupa lautan air tawar. Itu pun daurnya sudah mereka rancang dengan sangat rapi. Air untuk kehidupan diambil dari sana, dan dikembalikan pula ke sana. Sepertiga bagian sisanya merupakan cagar flora dan fauna yang sangat dilindungi keberadaannya.”

“Wow ....”

Tak henti-hentinya Kana mengagumi pemandangan yang terbentang di bawah mereka. Setelah melintasi laut dan hutan, mereka tiba di atas kawasan pemukiman. Gematri menurunkan ketinggian pesawatnya. Ia melapor lagi kepada pemegang otoritas keamanan. Setelah dinyatakan bahwa jalurnya bersih, Gematri mendaratkan pesawatnya secara vertikal melalui atap sebuah hanggar besar.

“Nah, kita sudah sampai di kawasan pemukiman kita.”

Sekali lagi Kana ternganga begitu turun dari pesawat. Ada sambutan meriah dari para petinggi planet Zertez atas kedatangan penghuni baru planet. Keduanya kemudian digiring ke sebuah ruang pertemuan besar dan dijamu dengan cukup mewah.

Azayala sudah menunggu di sana. Ia mengembangkan tangan lebar-lebar begitu Kana dan Gematri muncul. Kana pun segera tenggelam dalam pelukan hangatnya.

* * *

Seusai jamuan makan, Gematri pun membawa pengantin cantiknya ke apartemen mereka. Terletak di bagian tengah kawasan pemukiman. Apartemen itu berbentuk gedung pencakar langit yang sangat besar. Terbuat dari titanium yang sangat kokoh. Mereka tinggal di lantai 52, dan masih ada sekitar seratus lantai lagi di atas mereka.

Untuk kesekian kalinya Kana ternganga. Apartemen mereka sungguh luas dan mewah dengan semua perabot ultra-modern berada di dalamnya. Benar-benar fasilitas premium yang mereka dapatkan sebagai tenaga ahli dari semesta.

“Ini ... aku tak perlu menata ulang apartemen kita,” ucap Kana. “Semua sudah pas pada tempatnya.”

Gematri memeluknya dengan gembira. Azayala yang baru masuk tertawa lebar melihat ulah putra dan menantunya.

“Aku punya kejutan untuk kalian,” ucap perempuan sepuh itu dengan mata berbinar ceria.

Ia kemudian melangkah cepat menuju ke arah sebuah pintu. Pelan-pelan ia membukanya. Dan ....

“KEJUTAAAN!!!”

Kana kembali ternganga karena teriakan meriah itu berasal dari Moses dan Amarilya.

“Aaah!!! Kalian???”

Kana segera tenggelam dalam pelukan Moses.

“Amarilya dan aku cuma sebentar di sini,” bisik Moses. “Kasih kesempatan buat kalian untuk menikmati hari indah sebelum disibukkan dengan pekerjaan.”

Keduanya saling melepas pelukan. Kana menangis dan tertawa sekaligus.

Sungguh, ia tak pernah menyangka bahwa perjalanan hidup akan membawanya jauh bertualang hingga ke galaksi lain. Galaksi yang selama ini cuma bisa ia intip dari balik lensa teleskop raksasanya di tempat kerja.

Tapi bersama Gematri, ia yakin bisa menikmati kehidupan yang indah di tempat baru. Ditatapnya laki-laki itu.

‘Volans, aku bahagia sekali!’ ucapnya melalui jalur frekuensi khusus yang selaras antara benaknya dan benak Gematri.

Gematri tak menjawab. Hanya tersenyum. Tapi tatapannya sudah menjawab perasaan sebenarnya yang ia miliki.

“Ayo! Ayo! Kita bersulang dulu!”

Suara ceria Amarilya membuat Kana dan gematri terlempar keluar ke alam nyata.

“Kubawakan sari sarsaparila paling enak dari dapur istanaku!” lanjut Amarilya.

Gelas-gelas pun saling beradu dan berdenting. Bersulang untuk kehidupan baru mereka.

* * * * *

S.E.L.E.S.A.I


Catatan :
Terima kasih banyak atas kesetiaan pembaca mengikuti sampai tamat kisah-kisah abal-abal di blog FiksiLizz. Sebagai bonus, besok akan mengudara sebuah cerpen ringan yang benar-benar baru, belum pernah diterbitkan di halaman FiksiLizz di facebook. Ini judulnya : "Simbah Wuyung"