Selasa, 18 Februari 2014

[Cermin] Lagu Cinta Megantoro




Entah kenapa aku selalu merasa terganggu kalau Guntur mendekat. Gayanya selalu ekspresif. Terkadang membuatku muak. Tidak adakah style yang lebih elegan untuk menarik perhatian lawan jenis? Entahlah.

Diam-diam aku malah lebih sering memperhatikan Megantoro, adik Guntur. Megantoro tidak terlalu peduli pada banyak perempuan di sekitarnya. Hm... aku tidak tahu apakah dia punya kecenderungan penyuka lawan jenis. Tapi kurasa tidak. Kami pernah bertukar tatapan mata sejenak, dan dia kelihatan tersipu. Membuat hatiku seketika berdesir.

Megantoro tidak segagah Guntur. Itu harus kuakui. Tapi ada sesuatu dalam sikapnya yang diam. Bukan angkuh. Entah apa. Aku tidak berhasil mendefinisikannya. Hanya saja menurut analisis Leni, adikku, sepertinya Megantoro tidak pernah suka dengan sikap Guntur pada kaum perempuan. Terlalu tebar pesona sana-sini.

Jumat, 14 Februari 2014

[Cermin] Di Bawah Telapak Cinta





Karya kolaborasi dengan Nandar Dinata

Pulang.

Satu kata yang selalu dihindari Tatia. Walau rindu kian membuncah pada setiap jejak manis kehangatan sebuah rumah. Rindu pada aroma manis nastar buatan Ibu. Pada elusan lembut jemari Ayah di rambutnya. Pada aroma tanah basah di bawah jendela kamarnya. Semuanya.

Kecuali satu.

Puri.