Sabtu, 28 Februari 2015

[Cermin] Pangeran Kucing








Aku selalu melihat laki-laki itu saat aku berjalan dari gedung apartemenku menuju ke kampus di pagi hari. Atau saat sore hari ketika aku kembali ke apartemenku. Dia melakukan hal yang tak lazim, setidaknya menurut pandanganku. Memberi makan belasan kucing liar yang ada di sekitar gedung apartemennya.

Sambil berjalan pelan-pelan aku mengamatinya dari jarak yang memungkinkan. Dia tampan. Sangat tampan. Rambutnya yang agak ikal dengan potongan pendek rapi tampak hitam mengkilat terkena sinar matahari yang mulai mengintip di sudut langit. Garis wajahnya seolah terpahat sempurna dengan alis yang menggaris tegas dan rapi, dengan hidung cukup mancung, dan senyum yang seolah membekukan waktu.

Rabu, 25 Februari 2015

[Novelet] Mimpi Dari Sepertiga Pagi





hipwee.com


Satu



Brrrr... Pagi yang sungguh dingin!

Ornella menarik satu stel training suit dari dalam lemari. Ketika turun ke kota kemarin, dia sempat membeli tiga stel training suit baru yang paling tebal bahannya. Belum dicuci sudah dipakai? Ornella nyengir. Tak akan ada yang tahu.

Setelah berpamitan pada Mbok Wuri yang sudah sibuk di dapur, Ornella memulai acara jogging-nya. Baru jam setengah lima pagi, tapi desa itu sudah menggeliat bangun dan memulai kehidupannya.

Sabtu, 21 Februari 2015

[Novelet] Sepotong Cinta Putih






Satu


Sophie membereskan ranselnya dengan setengah hati. Ketika ia menegakkan badan, dilihatnya bayangan bundanya melalui cermin. Perempuan itu berdiri di depan pintu kamar dengan wajah yang tak bisa diungkapkan ekspresinya. Sophie balik menatap. Murung.

“Kenapa Addo sama aku harus ke sana, sih, Bun?” desahnya.

Diva berjalan mendekat sambil menghela napas panjang. “Nenekmu kangen, Phie,” ucapnya halus.

Sophie mendengus sambil membanting dirinya di atas kasur.

“Kangen?” Sophie mencibir. “Yang ada dia pasti meracuniku dengan segala hal kebaikan Mama dan keburukan Bunda.”

Rabu, 18 Februari 2015

[Novelet] Gaun Pengantin Berlian





id.aliexpress.com




Satu


Pesta pernikahan besar-besaran itu sudah dirasa sebagai tragedi tersendiri bagi Berlian. Pupus sudah angan untuk mengawali episode baru kehidupannya bersama Rilo dalam sebuah acara pernikahan yang sederhana, hening, dan kudus. Sebuah acara pernikahan yang hangat karena hanya dihadiri keluarga dan teman-teman dekat.

“Tidak apa-apa, Bri,” ucap Rilo sabar. “Demi Mama. Setelah jadi istriku, kamu boleh melakukan apa saja yang kamu mau.”

Tapi apa yang terjadi di balik ucapan ‘tidak apa-apa’ Rilo itu seutuhnya Berlian tahu. Walau hanya menanggung 80% dari seluruh pengeluaran tapi  tabungan mereka telah tergali hampir sampai ke dasar. Sesuatu yang tidak akan terjadi bila mereka hanya menggelar acara sederhana saja. Rumah mungil mereka terpaksa terhenti renovasinya. Bulan madu ke Bali dan Lombok hanya tinggal jadi kenangan.

Semua itu terjadi hanya karena keinginan Mama.


Sabtu, 14 Februari 2015

[Puisi] Namaku Budi





pakdeazemi.wordpress.com



Namaku Budi
Itu juga bukan nama asli
Kupilih karena aku ingin kelihatan seksi
Dan terkesan baik hati


Menurutku sih aku cerdas sedunia bumi
Hidupku cuma main di asumsi
Meskipun ngawur tapi aku percaya diri
Memang urat maluku sudah mati