Prolog
Laki-laki
itu sengaja menunda kepulangannya sore ini. Hingga menjelang pukul setengah
enam ia tetap bertahan duduk di dalam ruang kerjanya. Berusaha tetap sibuk
menekuni layar laptop walaupun pikirannya melayang ke mana-mana karena sebuah
foto yang terpampang di laman Instagramnya. Ia sempat melirik arloji, dan perhatiannya segera beralih ketika
terdengar ketukan lembut dari balik pintu.
“Ya,
masuk!”
* * *
‘I’m here, Liv.’
Mata
gadis itu mengerjap begitu selesai membaca pesan singkat yang terpampang di layar ponsel melalui aplikasi Whatsapp. Sudah waktunya pulang. Berakhirnya jam operasional kantor
sudah terlampaui beberapa puluh menit lalu. Tapi sang boss belum ada tanda-tanda meninggalkan tempat. Kemudian dibalasnya
pesan itu.
‘Wait a minute, please...’
‘OK.’
Setelah
menghela napas panjang, ia berdiri dan memantapkan langkah menghampiri pintu
yang tertutup rapat. Dengan halus, ia mengetuk.
“Ya,
masuk!”
Tangannya
menjangkau handle begitu didengarnya
jawaban itu.
* * *
Sekilas
Luken mengangkat wajah begitu sekretarisnya muncul dari balik pintu.
“Ya,
Liv?”
“Maaf,
Pak, sudah hampir jam setengah enam,” suara Olivia terdengar ragu-ragu. “Apa
saya sudah boleh pulang?”
“Oh?”
Luken kini benar-benar mengalihkan tatapannya dari layar laptop. “Tentu saja
boleh,” angguknya. “Bahkan seharusnya sejak jam empat tadi. Sudah dijemput?”
Olivia
mengangguk. “Kalau begitu, saya pamit pulang, Pak. Permisi, selamat sore.”
“Ya,
selamat sore.”
Begitu
pintu tertutup, Luken bangkit dari duduknya. Ia menghampiri jendela. Langit masih
terang. Secara tersamar ia menatap ke bawah, ke arah area parkir tamu. Seorang
laki-laki yang berdiri di samping sebuah mobil crossover terlihat sabar hingga yang ditunggunya muncul.
Lalu
dilihatnya Olivia melangkah cepat menghampiri laki-laki itu. Entah apa yang
mereka bicarakan. Yang jelas, wajah laki-laki itu terlihat cerah. Dengan
gerakan cepat ia membuka pintu kiri depan mobil, menyilakan Olivia masuk,
menutupnya baik-baik, melangkah memutari mobil, kemudian menghilang ke
dalamnya. Mobil berwarna biru itu pun meluncur pergi.
Luken
menghela napas panjang. Menggeleng samar. Hari ini adalah Jumat kedua ia
melihat Olivia dijemput oleh laki-laki itu. Yang pertama adalah Jumat minggu
lalu. Pagi harinya pada Jumat itu, ia melihat Olivia keluar dari pintu belakang
city car ayahnya.
“Iya,
Pak, sengaja nggak bawa mobil. Nanti dijemput,” jawab gadis itu setelah ia
bertanya ketika keduanya berjalan berdampingan masuk ke kantor.
Ia
mengira bahwa Olivia akan dijemput ayahnya pada sore hari. Tapi ternyata tidak.
Olivia dijemput laki-laki asing itu.
Dan
perasaannya?
Entahlah...
* * *
Ilustrasi : www.pixabay.com
(dengan modifikasi)
Lanjuuuuut dan sabar menunggu senin
BalasHapusAllen-kah? Hm... masih harus tunggu Senin depan terbit.
BalasHapusGood post mbak
BalasHapus
BalasHapusMbak Livi muncul lagi.....
Huaaassyeeeekkk.....
Lanjutttttt....
Jek prolog ae wes nendange ngene mb Lis.
BalasHapusSip soro to the max !!!!