Entah bagaimana aku harus merumuskan perasaanku kali ini. Bersemangat? Senang? Bahagia? Takut? Sedih? Aku tak bisa menjelaskannya secara pasti. Hanya saja aku masih merasakan euphoria itu menghentak setiap sisi jiwaku.
Akun itu... Ah! Aksesnya terbuka selebar aula balai kota. Dia meninggalkan laptopnya sebelum sempat log out. Membuatku bisa dengan leluasa meluncurkan deretan kalimat yang selama ini terpaksa kuperam sendiri dalam kantong-kantong keinginanku.
Aku menoleh sekejap sebelum mulai menarikan jemariku di atas keyboard laptop. Padanya. Pemiliknya. Yang kini tertelungkup dalam hening dengan darah mulai menggenang. Dan aku sengaja membiarkannya mendingin dan menjadi kaku. Dengan belati besar masih tertancap di pungggung kirinya. Dan kelihatannya ujung belati itu tepat mengoyak pusat hidupnya. Jantungnya.