Aku selalu bisa
melangkah tegak dan percaya diri bila kakiku dialasi sepasang wedges cantik. Dulu aku penggila high heels. Tapi seiring dengan makin
melarnya badanku setelah menikah dan melahirkan anak-anak suamiku, aku tak
nyaman lagi memakai high heels.
Untung pada saat yang sama model wedges
meledak. Jadilah wedges itu setia
menemaniku menapaki hari-hari yang indah.
Lalu hari-hari yang
indah itu seperti apa? Ketika suamiku mengajak kencan di luar di tengah
rutinitasnya sebagai pekerja level menengah dan aktivitasku sebagai ibu rumah
tangga.
Ouwh... Aku selalu merasa
cantik bila berjalan di sisinya, yang objektif sajalah, berpenampilan
biasa-biasa saja. Lalu apakah aku cantik? Hehehe... Sudah kukatakan bahwa aku cuma
merasa cantik. Tapi hakku kan merasa diriku cantik? Toh aku tak
mengganggumu.
Kembali ke wedges. Benda itu membuatku (merasa)
tampil lebih baik. Dan suamiku selalu menggandengku dengan penuh perlindungam
dan rasa bangga. Tubuhku yang kecil mungil bila dilihat pakai sedotan yang
dipencet itu jadi kelihatan serasi di sampingnya yang tinggi, besar, dan
tambun. Hahaha... Kau boleh tertawa melihat kami. Dua benda hidup berbentuk bulat yang melangkah bersama.
Tapi kupikir Tuhan
adil padaku. Di saat aku selalu merasa sebagai the ugly duckling, Dia mengirimkan seorang laki-laki yang
memperlakukanku bagai ratu dalam kehidupannya. Dan yang lebih penting, dia
selalu tersenyum ketika membelikan tiap wedges
yang aku inginkan.
Dan kau pikir koleksi
wedges-ku bejibun? Ups! Kau salah.
Aku selalu punya dua pasang wedges saja.
Kenapa cuma dua pasang? Karena aku selalu menyukai barang yang kubeli dan akan
memakainya terus sampai rusak. Tapi khusus untuk wedges, aku selalu punya sepasang serep sebelum wedges yang sering kupakai benar-benar
rusak. Biar aku tetap bisa tampil cantik
di sebelah suami-baik-hatiku.
Kau tentu tahu kan? Bahwa aku cuma ibu rumah tangga yang harus pandai-pandai
mengelola keuangan dan harus memberi contoh pada anak-anakku agar tidak hidup
boros.
Maka menjelang siang
ini aku mulai berdandan. Setelah mandi dan memakai dasterku, aku mengoleskan BB cream tipis-tipis di wajahku. Aha! Di
usia menjelang empat puluh wajahku masih semulus wajah pra ABG yang masih bebas
jerawat. Biarin deh gendut, asal wajahku masih enak dilihat. Ya, ya, ya... Aku
tahu kau pasti tertawa dan berpikir aku cuma menghibur diri. Lho, ya nggak
apa-apa. Kalau bukan
aku yang bisa menghibur diriku sendiri, lantas siapa?
Setelah acara
mempermak wajahku selesai dengan menyapukan bedak ke wajah dan mengoleskan lip balm berwarna pink ke bibir maka aku pun mengganti
dasterku dengan kaus centil berpayet dan mengenakan
celana jeans kesayanganku. Lho, memang
ada yang muat ya? Ya adalah... Nih buktinya aku punya beberapa. Lalu kenapa
harus celana jeans? Ya aku merasa
lebih sexy saja kalau pakaj celana jeans. Setelah itu aku pun menyisir rambut. Terakhir...
Aku memasukkan kakiku ke dalam sepasang wedges
berwarna hitam yang terasa ringan bila dibawa melangkah.
Hm... aku siap untuk
ikut suamiku membawa ke mana saja ia ingin membawaku pergi. Oi! Ternyata cuma
ke bengkel mobil! Ah, tak apa. Aku senang pergi ke mana saja asal bisa
bersamanya.
Lalu ke mana ia akan
membawaku setelah ini? Ouwh...
Ia.mengedipkan sebelah mata padaku. Aku tahu! Aku tahu! Ia akan mengajakku ke
restoran kecil kesukaan kami. Membebaskan perut lapar kami untuk menikmati apa
saja yang boleh dan bisa kami nikmati.
Nggak takut gemuk?
Hahaha... Dengan badan sudah sebulat kami berdua apa yang harus kami takutkan
lagi?
Ia menatapku dalam
lautan senyum ketika aku menikmati makanan yang ia belikan. Tapi sungguh, aku bukan perempuan rakus. Cukup seporsi
saja makanan untukku, yang dibelikannya dengan penuh cinta, maka aku akan
menikmatinya dengan penuh rasa syukur dari hati.
Ia tahu
itu. Selalu tahu. Lalu apa lagi yang aku butuhkan selain suami-baik-hati dan
anak-anak yang kurawat dengan baik? Ouwh! Tentu saja sepasang wedges baru pengganti wedges lama berwarna krem yang sudah tak
layak pakai lagi...
* * * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar