Kamis, 10 April 2014

[Cermin] Terjebak





Yudhi menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dengan wajah puas. Clarissa, tante cantik itu akhirnya setuju untuk kopdar. Bagaimana sensasi berkencan dengan tante-tante? Mendadak seluruh pembuluh darahnya terasa berdenyar ketika membayangkan hal itu.

Ditatapnya layar laptop. Senyum Clarissa membayang indah. Yudhi pun terseret senyum itu. Hanya perlu satu malam tambahan untuk mengakhiri acara tugas kantor ke luar kota. Semarang-Ungaran tidaklah jauh. Clarissa begitu penuh pengertian. Tak memintanya datang ke Jogja untuk kopdar.

Aku yang akan ke Ungaran. Begitu tertulis di inbox FB Yudhi. Dari Clarissa.

Dan di Jogja Fenti tersenyum puas. Ada kata 'YA' tertulis pada balasan inbox-nya pada Kurniawan. Hm... Kelihatannya laki-laki muda yang penuh semangat. Mendadak Fenti merasa geli dengan pilihannya.

Cerita teman-teman arisannya yang pernah menikmati berondong sungguh menggelitik hatinya. Asyik, lucu, sensasional, mantap, indah, adalah berbagai gambaran yang diocehkan teman-temannya.

Jadi bagaimana rasanya? Fenti baru merasakan debar-debar aneh. Hanya itu. Karena ini yang pertama untuknya.

* * *

Kedengarannya Tenny tidak menaruh kecurigaan apapun ketika Yudhi memundurkan kepulangannya sehari. Selama ini memang sering begitu. Tapi sebelum-sebelumnya memang dia benar-benar di bawah urusan kerja, bukan 'urusan kerja'. Dan Tenny adalah type istri yang terlalu mau ikut campur urusan pekerjaan Yudhi.

Berbagai trik yang diserap Yudhi dari beberapa temannya ditatanya rapi. Termasuk akun FB palsu, online di sela-sela waktu kerja, dan satu ponsel bernomor baru yang disimpannya di dalam laci mejanya di kantor. Tak pernah dibawanya pulang. Seutuhnya waktu di rumah adalah milik Tenny dan Haris, jagoan kecilnya.

Dan buat Fenti tak pernah jadi masalah bila Kurniawan, berondongnya itu, sudah beristri. Hanya kopdar. Kencan semalam. Selebihnya? Itu urusan nanti. Yang penting ada sesuatu yang bisa digosipkan dengan teman-teman arisannya.

Dan malam pun menjelang dengan begitu cerahnya. Langit gelap jadi latar belakang pertunjukan aneka tarian bintang. Menghangatkan dinginnya hawa Ungaran. Yudhi hanya tinggal menunjukkan sebuah alamat pada sopir kantor cabang yang diberinya uang lembur ekstra. Lalu semuanya beres. Innova itu pun meluncur mulus membelah kota kecil Ungaran. Langsung menuju ke sebuah coffee shop yang sudah ditunjuk Clarissa.

Hm... Kelihahatannya tempat yang nyaman, batin Yudhi. Seorang waiter menyapanya ramah, dan Yudhi langsung menyebut nama Clarissa. Waiter itu kemudian mengantarkannya pada sebuah tempat di bagian belakang coffee shop. Tempat yang agak privat, menghadap ke arah taman yang penuh dengan pendar lembut cahaya lampu taman.

Baru saja Yudhi duduk, ponsel di saku kemejanya bergetar. Yudhi tersenyum ketika membaca pesan yang masuk. Aku OTW.

Fenti mengirim SMS itu dengan senyum dikulum. Hahay! Tunggu saja cerita seruku berkencan dengan berondong beristri, teman-teman. Entah apa yang akan terjadi bila Kurniawan ini melihat sosoknya. Tapi... Ah! Aku juga nggak jelek-jelek amat, batin Fenti. Banyak orang yang menyangka umurnya baru 40. Padahal plus 12. Fenti tertawa dalam hati.

Tak urung Fenti berdebar ketika Tono, sopirnya, melajukan mobil memasuki area parkir coffee shop. Tapi tak ada waktu lagi untuk mundur. Kepalang basah!

Dan seorang waitress mengantarkannya ke depan taman. Laki-laki itu duduk di sana. Membelakanginya. Fenti melangkah mantap.

"Mas Kurniawan?"

Laki-laki itu berdiri dan berbalik. "Mbak Clarissa?"

Seketika Fenti merasa dunia di sekelilingnya terkocok tak beraturan. "Yudhi??"

"Mama??" Yudhi berdiri goyah, menatap ibu mertuanya dengan wajah pucat pasi.


* * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar