Yudhi menggosok-gosokkan
kedua telapak tangannya dengan wajah puas. Clarissa, tante cantik itu akhirnya
setuju untuk kopdar. Bagaimana sensasi berkencan dengan tante-tante? Mendadak
seluruh pembuluh darahnya terasa berdenyar ketika membayangkan hal itu.
Ditatapnya layar
laptop. Senyum Clarissa membayang indah. Yudhi pun terseret senyum itu. Hanya
perlu satu malam tambahan untuk mengakhiri acara tugas kantor ke luar kota.
Semarang-Ungaran tidaklah jauh. Clarissa begitu penuh pengertian. Tak memintanya
datang ke Jogja untuk kopdar.
Aku yang akan ke
Ungaran. Begitu tertulis di inbox FB Yudhi. Dari Clarissa.
Dan di Jogja Fenti
tersenyum puas. Ada kata 'YA' tertulis pada balasan inbox-nya pada Kurniawan.
Hm... Kelihatannya laki-laki muda yang penuh semangat. Mendadak Fenti merasa
geli dengan pilihannya.
Cerita teman-teman
arisannya yang pernah menikmati berondong sungguh menggelitik hatinya. Asyik,
lucu, sensasional, mantap, indah, adalah berbagai gambaran yang diocehkan teman-temannya.
Jadi bagaimana
rasanya? Fenti baru merasakan debar-debar aneh. Hanya itu. Karena ini yang
pertama untuknya.
* * *
Kedengarannya Tenny
tidak menaruh kecurigaan apapun ketika Yudhi memundurkan kepulangannya sehari.
Selama ini memang sering begitu. Tapi sebelum-sebelumnya memang dia benar-benar
di bawah urusan kerja, bukan 'urusan kerja'. Dan Tenny adalah type istri yang
terlalu mau ikut campur urusan pekerjaan Yudhi.
Berbagai trik yang
diserap Yudhi dari beberapa temannya ditatanya rapi. Termasuk akun FB palsu, online
di sela-sela waktu kerja, dan satu ponsel bernomor baru yang disimpannya di
dalam laci mejanya di kantor. Tak pernah dibawanya pulang. Seutuhnya waktu di
rumah adalah milik Tenny dan Haris, jagoan kecilnya.
Dan buat Fenti tak
pernah jadi masalah bila Kurniawan, berondongnya itu, sudah beristri. Hanya
kopdar. Kencan semalam. Selebihnya? Itu urusan nanti. Yang penting ada sesuatu yang bisa digosipkan dengan teman-teman arisannya.
Dan malam pun
menjelang dengan begitu cerahnya. Langit gelap jadi latar belakang pertunjukan
aneka tarian bintang. Menghangatkan dinginnya hawa Ungaran. Yudhi hanya tinggal
menunjukkan sebuah alamat pada sopir kantor cabang yang diberinya uang lembur
ekstra. Lalu semuanya beres. Innova itu pun meluncur mulus membelah kota kecil
Ungaran. Langsung menuju ke sebuah coffee shop yang sudah ditunjuk Clarissa.
Hm... Kelihahatannya
tempat yang nyaman, batin Yudhi. Seorang waiter menyapanya ramah, dan Yudhi
langsung menyebut nama Clarissa. Waiter itu kemudian mengantarkannya pada
sebuah tempat di bagian belakang coffee shop. Tempat yang agak privat, menghadap ke
arah taman yang penuh dengan pendar lembut cahaya lampu taman.
Baru saja Yudhi
duduk, ponsel di saku kemejanya bergetar. Yudhi tersenyum ketika membaca pesan
yang masuk. Aku OTW.
Fenti mengirim SMS
itu dengan senyum dikulum. Hahay! Tunggu saja cerita seruku berkencan dengan
berondong beristri, teman-teman. Entah apa yang akan terjadi bila Kurniawan ini
melihat sosoknya. Tapi... Ah! Aku juga nggak jelek-jelek amat, batin Fenti. Banyak
orang yang menyangka umurnya baru 40. Padahal plus 12. Fenti tertawa dalam
hati.
Tak urung Fenti
berdebar ketika Tono, sopirnya, melajukan mobil memasuki area parkir coffee
shop. Tapi tak ada waktu lagi untuk mundur. Kepalang basah!
Dan seorang waitress
mengantarkannya ke depan taman. Laki-laki itu duduk di sana. Membelakanginya. Fenti
melangkah mantap.
"Mas
Kurniawan?"
Laki-laki itu berdiri
dan berbalik. "Mbak Clarissa?"
Seketika Fenti merasa
dunia di sekelilingnya terkocok tak beraturan. "Yudhi??"
"Mama??"
Yudhi berdiri goyah, menatap ibu mertuanya dengan wajah pucat pasi.
* * * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar