Aku suka dipanggil ‘Sam’.
Sebuah nama singkat yang terdengar elegan. Walau tak sedikit yang mencibirku,
ketika aku tersenyum bangga karena sepotong nama ‘Sam’.
Hm…
Aku tak pernah mengharapmu
paham. Tapi aku ingin bercerita sedikit. Tentang aku. Tentang hidupku. Tentang
‘Sam’.
Kau ingin membaca
ceritaku? Bacalah. Kau tak mau membacanya? Pergilah. Jalani hidupmu sendiri.
Ayahku selalu mengajakku
bermain layang-layang di sebuah lapangan dekat rumah. Angin kencang akan
membumbungkan layang-layang yang dipegang ayahku. Dan ketika layang-layang itu
berlenggak-lenggok dengan indahnya, ayahku akan berteriak, “Lihatlah, Sam!
Indah bukan?”
Dan aku selalu
menyambutnya dengan tepuk tangan dan senyumku yang paling lebar. Ketika angin
perlahan mengantuk dan ingin tidur, ayahku pun menurunkan layang-layangnya.
Senja perlahan menurunkan
tirai kelamnya. Aku dan Ayah masih duduk di tepi lapangan. Menunggu hingga
matahari jingga besar itu benar-benar tenggelam.
Lalu kami pulang. Ayah
merangkul bahuku dengan tangan dan lengannya yang hangat.
“Sam, aku bangga padamu.”
Begitu selalu ucapnya.
Ucapan yang selalu kuingat
hingga bertahun-tahun lamanya. Ucapan yang menopangku melawan badai. Ucapan
yang terus-menerus mengiang untuk memantapkan langkahku.
Membuatku tegar ketika
dikatakan ‘banci’. Membuatku tak peduli dikatakan ‘gila’. Membuatku tak pernah
ingkar pada diriku sendiri.
“Siapa pun kamu, Sam,
bagaimana pun kamu, Ayah tak peduli. Kau buah cinta ayah dan almarhum ibumu.
Ayah selalu bangga padamu.”
Kutatap Ayah dalam-dalam.
Rambutnya sudah memutih di sana-sini. Makin banyak kerut menghiasi wajahnya.
Satu yang tak pernah
berubah. Sinar matanya. Penuh kasih. Penuh penerimaan. Penuh kebanggaan.
Membuat hatiku tergetar oleh rasa terima kasih yang dalam.
“Tuhan menciptakan kamu
karena suatu alasan, Sam. Carilah, maka kau akan menemukannya.”
Aku mengangguk.
Dan disinilah aku
sekarang. Bersama teman-teman senasib merawat anak jalanan dan terlantar.
Berusaha bersyukur karena begitu banyak cinta yang telah dijejalkan Ayah ke
dalam setiap rongga hatiku. Sehingga aku punya banyak kasih untuk kubagikan
pada siapa pun yang membutuhkan.
Tak pernah lagi terpikir
tentang suntikan hormon dan operasi transgender. Tak pernah lagi terpikir bahwa
jiwaku terperangkap dalam tubuh yang salah. Aku tak perlu bersuara berat
ataupun berkumis.
Selamanya aku adalah
diriku sendiri. Sam.
Namaku Sam. Samantha. Aku
laki-laki. Dengan tubuh dan nama perempuan. Dan aku bangga menjadi unik.
Bagaimana denganmu?
* * * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar