Senin, 01 Juli 2024

[Cerbung] Guci di Ujung Pelangi #3 - 1

 




Episode sebelumnya


* * * * *



Tiga

KPN Griperga,
Pertemuan Ketiga - 1


Hari Minggu yang cerah. Lily mendongak sebentar sembari menutup pagar rumah mungil minimalisnya. Menatap langit biru yang mulai terang menaungi. Di ufuk timur, matahari mengintip malu-malu.


Dengan santai ia kemudian mengendarai sepeda listriknya. Membiarkan Athena duduk manis di dalam keranjang di bagian depan, turut menikmati embusan lembut angin pagi yang menerpa.


Keluar dari gerbang klaster Safir, ia masuk ke jalan raya Griya Permata Garudeya (Griperga). Tidak ramai, tapi tidak bisa dibilang lengang juga. Yang jelas, perjalanannya cukup lancar.


Perhatiannya sempat terpecah saat hampir melewati seberang gerbang belakang klaster Emerald. Ada seorang laki-laki melangkah keluar dari gerbang dengan memegang tali kekang anjing-anjing besarnya. Tiga ekor herder gagah yang terlihat tertib dan setia mengikuti tuannya.


Tatapan Lily tidak terlalu jatuh pada sang tuan, melainkan pada para herder yang tampak sangat terawat itu. Tampaknya bukan Lily saja yang tertarik, tapi Athena juga. Anjing imut itu sempat menguik dengan suara kecilnya ketika melewati dari kejauhan sesamanya yang berukuran jauh lebih besar.


"Dih! Athena genit!" omel Lily pelan sembari tertawa tertahan.


* * *


Setelah tujuh menit lamanya berkendara, Lily pun sampai di tujuan. Selesai mengetap kartu penghuni kompleks perumahan yang ia miliki, Lily memarkir sepeda listriknya di area parkir khusus tepat di depan GOR Griperga. Area itu terpisah cukup jauh dari area parkir bagi umum yang hendak berolahraga di GOR milik Griya Permata Garudeya dan ruang terbuka di sekitarnya.


Hati-hati Lily mengeluarkan Athena dari keranjang. Dilepaskannya helm mungil yang terpasang di kepala Athena. Ujung tali yang terhubung dengan rompi yang dipakai Athena pun diikatkannya ke pergelangan tangan.


"𝘚𝘪𝘵, Athena," perintahnya lembut.


Anjing pomeranian dengan rambut mengembang sempurna berwarna krem dengan paduan putih di dada itu duduk diam di dekat kaki Lily.


"𝘎𝘰𝘰𝘥 𝘨𝘪𝘳𝘭!" Lily membungkuk, menepuk halus kepala Athena.


Lily melepaskan helmnya sendiri, kemudian menguncinya di setang sepeda. Setelah memastikan semua perlengkapan pentingnya ada di dalam 𝘵𝘰𝘵𝘦 𝘣𝘢𝘨 yang disandang di bahu kiri, Lily pun berlari kecil menuntun Athena.


"𝘊'𝘮𝘰𝘯, 𝘨𝘪𝘳𝘭!"


Athena pun turut berlari gembira di samping Lily. Ekor anjing lucu itu bergoyang riang ke kanan dan kiri. Begitu terus hingga keduanya sampai di sebuah pelataran teduh di bawah naungan pohon-pohon trembesi.


Beberapa orang yang sudah lebih dulu ada di sana menyapa Lily dengan akrab. Gonggongan anjing pun mulai memenuhi area itu.


Pada hari Minggu kedua setiap bulannya, para pemilik anjing di Griperga dari klaster mana pun akan berkumpul bersama anjing peliharaan mereka. Anjing ras ataupun anjing kampung, beraneka ukuran, selama dalam kondisi terdidik dan terlatih, akan diterima dengan tangan terbuka dalam komunitas itu.


KPN Griperga namanya. Klub Pencinta Nggoik Griya Permata Garudeya. Dibentuk oleh Alexandru Amazon, dan diteruskan oleh Adrian Pradana. Dalam jangka waktu sekian tahun, anggotanya sudah mencapai puluhan. Memang tidak setiap bulannya semua hadir karena kesibukan dan lain hal, tapi ada pula yang menyempatkan diri secara rutin. Salah satunya adalah Bara.


Pria pemilik sepasang 𝘨𝘰𝘭𝘥𝘦𝘯 𝘳𝘦𝘵𝘳𝘪𝘦𝘷𝘦𝘳 sahabat Athena itu kini asyik mengobrol dengan Lily. Keduanya saling bertukar cerita sembari mengawasi Athena, Potato, dan Pumpkin yang sibuk bermain di rerumputan.


"Sabtu depan ada tanding futsal, Ly," ucap Bara. "Kamu datang, dong, jadi penggembira."


"Mana lawan mana, Mas?"


"Emerald lawan Ruby."


Lily tersenyum. Pertandingan klub futsal klaster Emerald lawan klaster Ruby pastilah sangat seru. Bisa dibilang mereka musuh bebuyutan. Namun, sekeras apa pun persaingan itu, tak pernah ada keributan di dalam maupun di luar arena.


Ada empat klaster di dalam kompleks Permata Garudeya. Kasta tertinggi dipegang oleh klaster Diamond. Berisi hanya dua belas wastu (𝘮𝘢𝘯𝘴𝘪𝘰𝘯). Pemiliknya tentulah kaum berduit tanpa seri. Setahu Lily, hanya ada satu nama pemilik wastu yang tercatat sebagai anggota aktif KPN Griperga. Darsono Hadisucipto, seorang pengusaha kelas paus sekaligus mantan menteri. Pria rendah hati itu rajin mengangon 𝘨𝘳𝘦𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯𝘦-nya bersama sang istri. Seperti juga saat ini. Keduanya tengah asyik bercakap dengan Adrian, sang ketua KPN Griperga.


Klaster kasta kedua adalah klaster Emerald. Pemilik rumah di sana tak jauh dari keluarga para petinggi perusahaan, petinggi angkatan, dan pejabat tinggi pemerintahan. Banyak CEO muda dan/atau kerabatnya yang punya rumah di sana. Contohnya Bara, Adrian, dan ... Lily, sebelum gadis itu pindah ke klaster Safir.


Kasta ketiga adalah klaster Ruby, berisi rumah-rumah dengan luas tanah antara 100-200 meter persegi. Penghuninya adalah kaum menengah ke atas yang menginginkan hunian 'sederhana' dengan kualitas premium dan berfasilitas lengkap.


Dan, kasta terbawah adalah klaster Safir. Isinya ratusan rumah mungil minimalis dengan luas tanah kurang dari 100 meter persegi. Cocok untuk kaum lajang maupun keluarga muda yang baru memulai hidup berumah tangga. Walaupun kasta terendah, harga satu unit rumah di klaster Safir tak kurang dari 400 juta rupiah. Itu pun sudah harga subsidi dari perusahaan pengembangnya.


Lily adalah salah satu penggembira setia klub futsal klaster Emerald, walaupun ia sudah pindah dari sana. Saat menonton pertandingan futsal yang melibatkan tim dari klaster Emerald, ia memang selalu jadi penggembira yang benar-benar membawa suasana meriah.


"Pasti seru banget kalau Emerald lawan Ruby!" ujar Lily dengan mata berbinar. "Nanti WA aku aja untuk waktu dan tempatnya, Mas."


Bara mengangguk dengan wajah cerah.


* * *


Bersamaan dengan Bara menepi sejenak untuk menerima telepon, Adrian menjatuhkan diri di bekas tempat duduk Bara. Ia tidak sendiri. Kedua anabulnya mengikuti, seekor samoyed betina putih bersih bernama Goldy dan seekor anjing kampung betina belang putih cokelat bernama Brona. Keduanya pun bermain dengan anjing-anjing milik Lily dan Bara.


"Kamu tiap hari ada di d'Nali?" tanya Adrian tanpa preambul.


"Ada, Senin sampai Jumat. Mau ngapain?" jawab Lily, sekaligus balik bertanya.


"Pesan set buat seserahan."


"Widiiih .... Melaju kencang tanpa hambatan, nih, bapak lajang kita yang satu ini," goda Lily.


Adrian tergelak. Ia memang sudah berencana untuk meminang kekasihnya beberapa minggu lagi.


"Masih keburu nggak, kalau aku datang besok atau Selasa? Empat mingguan dari hari H."


"Ajak aja Kak Olin besok, Bang. Biar cepet aku kerjakan desainnya. Di aku, sih, bisalah cepat, tapi tetap aja pengerjaannya harus antre. Atau kalau mau pilih yang sudah jadi, 'kan, ada juga. Cuma, bukan aku yang mendesain."


"Dengar-dengar ada jalur khusus ekspres, 'kan?"


Seketika Lily tertawa sembari menepuk ringan keningnya. Ia sudah melupakan sesuatu.


Adrian Pradana bukanlah laki-laki lajang sembarangan. Laki-laki rendah hati berusia hampir tiga pukuh tahun itu adalah penghuni salah satu rumah mewah di klaster Emerald. Punya jabatan sebagai CEO sebuah perusahaan kimia-farmasi besar tentunya bisa dianggap tidak akan membatasi anggaran pemesanan set perhiasan untuk kekasih hatinya.


"Iyaaa, nanti kumasukkan jalur ekspres, deh!" ujar Lily di ujung tawanya.


Adrian menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dengan puas.


"Oke, deh, besok kuajak Olin ke d'Nali."


"Setelah pukul satu siang, ya, Bang. Soalnya dari pagi sampai jam makan siang, aku di RS."


"Loh?! Siapa lagi yang sakit?!" Adrian terperanjat.


Lily tercenung sejenak, mendapati ada kata 'lagi' dalam ucapan Adrian. Namun, ia cepat kembali ke mode semula. Mode ceria.


"Aku diminta jadi asisten sementara Bu Arin di yayasan sosialnya yang di RS."


"Yang di Garudeya Husada?" Adrian memastikan.


Lily mengangguk. "Iya. Asistennya yang di sana lagi cuti bersalin. Jadi sekarang tiap pagi aku dinas di RSGH, di yayasannya."


Adrian manggut-manggut.


Obrolan keduanya terjeda ketika Athena mendekat ke kaki Lily. Cakar kanan depannya yang mungil menowel kaki Lily. Athena duduk sambil menjulurkan lidah, dengan mata bulat beningnya menatap Lily. Sang majikan pun segera tanggap.


Lily bergegas mengeluarkan mangkuk aluminium kecil dan sebotol air mineral dari dalam 𝘵𝘰𝘵𝘦 𝘣𝘢𝘨-nya. Ditaruhnya mangkuk itu di depan Athena, kemudian dituangkannya air mineral ke dalamnya. Athena menunggu perintah selanjutnya dengan sabar.


"𝘖𝘒, 𝘥𝘳𝘪𝘯𝘬, Athena!" ucap Lily lembut.


Barulah Athena minum dengan lahap dari mangkuk itu. Adrian tertawa melihatnya, sebelum beberapa detik kemudian wajahnya berubah jadi sendu.


Laki-laki itu tahu dari mana asal Athena. Ia tahu siapa yang menghadiahkan Athena kepada Lily. Ia tahu siapa pula yang dengan begitu sabar melatih Athena hingga anjing mungil berusia enam tahun itu memahami berbagai perintah sederhana dengan sangat baik. Dihelanya napas panjang sambil menoleh ke arah lain.


"𝘎𝘶𝘺𝘴, aku pamit dulu, ya," sela Bara. "Adikku mau datang. Istrinya ngidam mangga mengkal di halaman belakang."


Bara pun pergi bersama Potato dan Pumpkin diiringi lambaian tangan Adrian dan Lily. Beberapa saat kemudian ada yang mendekati mereka. Allan namanya, pemilik seekor seekor siberian husky tampan bernama Bolivar.


"Bang Adri, ada anggota baru mau daftar, nih!" ujar Allan.


Di belakang laki-laki pendek gempal berkulit putih itu, ada sosok lain yang mengikuti sambil menuntun tiga ekor herder gagah. Tinggi laki-laki itu cukup menjulang, tegap dengan bahu kukuh, dengan wajahnya yang ....


'𝘖𝘩, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘢𝘢𝘬!'


Lily masih mengingat dengan sangat baik nama laki-laki super tampan itu.


Eridani Alaska Garudeya.


Laki-laki itu menyapa Lily dengan ramah. Lalu, berkenalan dan berbincang serius dengan Adrian soal keanggotaan KPN Griperga.


* * *


Episode selanjutnya


Ilustrasi dari pixabay, dengan modifikasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar