Selasa, 01 Desember 2015

[Cerpen Stripping] My Journey #2








Sebelumnya : Part One : Everything is Beautiful


Part Two


White is Always Beautiful



Putih sebetulnya bukan warna favoritku. Aku lebih menyukai warna biru langit. Biru terang yang sebiru-birunya. Seolah warna itu bisa melambungkan aku begitu tinggi menggapai arakan mega di langit. Dan di atas gumpalan-gumpalan mega itu aku akan menemukan pangeranku. Memegang harpa kecil dan menyanyikan lagu cinta untukku.

Hei!

Sudah berapa lama aku meninggalkan masa kanak-kanak penuh dengan impian macam itu? Rasanya baru kemarin aku melayangkan impianku tiap malam. Mungkin memang benar otakku sejak awal sudah error. Sejak masih gadis kecil ingusan sudah bermimpi tentang menjadi ratu sehari di sebuah pernikahan yang happily ever after bagaikan dongeng HC. Andersen.

Kenyataannya?

Aku terpaksa meringis dalam hati. Usiaku sudah sebulan lalu genap tiga puluh tahun. Hampir tiap hari berkutat dengan sesuatu yang aku belum pernah mengalaminya. Tapi taruhlah itu sebagai kompensasi mimpi-mimpiku untuk menjadi bagian dari sebuah pernikahan yang indah bagai negeri dongeng.

Tak apa-apa. Aku menikmatinya. Mencoret-coret buku sketsaku dengan gaun-gaun indah yang muncul begitu saja bayangannya dalam benakku. Memikirkan shape yang cocok. Menentukan detil yang pas. Mewujudkannya dalam bentuk nyata yang elegan dan menyiratkan keanggunan.

Sembilan puluh persen gaun pengantin yang kurancang dan kuhasilkan berwarna putih. Paling apes off-white. Itu karena buat sebagian besar customer-ku, pernikahan yang putih, suci, kudus, dan indah adalah pernikahan yang mereka impikan.

Seperti juga sebuah pernikahan yang aku impikan. Entah kapan bayangan gaun pengantin berwarna biru langit itu menghilang. Berganti dengan sebuah sketsa gaun elegan berwarna off-white. Dan kini sketsa itu sudah menjelma seutuhnya menjadi sebuah gaun yang akan menjadi ending dari sesi White is Always Beautiful.

Entahlah... Aku masih saja memikirkan aku dipeluk oleh gaun itu dengan Rilo berada di depan altar. Menungguku datang untuk bersama mengucapkan janji sehidup-semati. Oh, come on! Rilo bahkan sudah menjadi seorang hot papa dari putri mungil yang sebentar lagi genap berusia dua tahun.

Oh, my...

Tampaknya aku harus bekerja keras untuk membangun mimpi lagi. Membuat sketsa wajah baru yang sama sekali bukan sosok Rilo. Dan malam ini aku mulai memejamkan mata. Mengistirahatkan jiwa-ragaku agar aku besok tetap fit di H-2 acara show-ku.

* * *

“Hari gini Mbak Vin masih bikin janji dengan customer?”

Aku menoleh. Inke, salah seorang asisten kepercayaanku, menatapku dengan curiga.

“Entahlah,” aku meringis. “Aku lupa. Memangnya kenapa?”

“Di luar ada yang ngotot, katanya sudah bikin janji dengan Mbak Vin.”

Sekilas aku melirik jadwal yang ada di balik kaca bening mejaku.

“Siapa namanya?” tanyaku, nyaris menyerupai gumaman.

“Yola.”

“Hm... Dia benar,” aku mengangkat wajah, menatap Inke. “Aku yang lupa mengubah jadwalnya.”

Inke menghela napas dengan dramatis sebelum berbalik. Masih kudengar gumamannya, “Mbak... Mbak... makannya apa to, kok tenaganya kuda banget?”

“Rumput teki,” jawabku seketika, membuat gelak tawa Inke tertinggal bahkan setelah ia keluar dari studioku.

Tak lama kemudian masuklah seorang perempuan muda berpenampilan santai tapi sangat cantik. Rambutnya kecoklatan tampak serasi dengan warna kulitnya yang hampir menyerupai susu. Ada garis Eropa pada wajahnya.

“Halo!” sapaku sambil mengulurkan tangan.

“Hai, Mbak!” ucapnya sumringah, menggoncangkan jabat tanganku dengan hangat.

“Ervina.”

“Yola.”

“Silakan duduk,” aku mengarahkannya ke sofa di tengah studio.

Tak butuh waktu lama bagi kami untuk tenggelam dalam diskusi soal gaun pengantin yang Yola inginkan. Pada satu titik ia menoleh pada deretan gaun pengantin yang sudah jadi di dalam studioku.

“Hm... Mbak, itu pesanan semua?” tunjuknya.

Aku menggeleng. “Itu buat show dua hari lagi.”

“Oh ya?” matanya membulat dengan antusiasme meluap dari dalamnya. “Berarti aku bisa pilih salah satu dong?”

Aku menyipitkan mata. Setengah tak yakin. “Mau?”

“Mau bangeeet!” Yola bertepuk tangan ringan.

“Kalau begitu, silakan pilih!” aku membentangkan tangan sambil tersenyum lebar.

Tapi beberapa detik kemudian aku tahu bahwa aku telah membuat kesalahan besar.

“Aku mau yang ini, Mbak,” Yola menunjuk sebuah gaun dengan wajah bersinar seperti seorang malaikat kecil tanpa dosa.

“Itu...,” aku kehilangan kata.

Yola menunjuk sebuah gaun off-white berlengan pendek berbahan lace dengan bordir sulur pakis dan kristal swarovski.

Gaun-KU!

* * *

Bersambung ke bagian berikutnya :  Part Three : Colorful is Also Beautiful

20 komentar:

  1. Lah...kok pilih gaun si perancang? Nunggu lagi neh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Salahnya nggak dikasih tanda SOLD.
      Makasih mampirnya, Mbak...

      Hapus
  2. heh !!
    gak supan !!
    itu ada yg punya, tauuuu...

    BalasHapus
  3. Hadeuh kok milih gaun keramat.tho mbak. Tapi gaun pengantin berlengan pendek.emang kelihatan manis he he he.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... Kata Yola, mumpung dapat yang bagus.
      Makasih mampirnya, Bu...

      Hapus
  4. blunder nih namanya . good post mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... si perancang nggak mikir sampai di situ.
      Makasih Mampirnya, Pak Subur...

      Hapus
  5. Jiaaah kasih merk atuh.. Punya gue wakkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Untung-untung laku...
      Makasih dah singgah, Mbak Na...

      Hapus
  6. Leyeh2 bar masak njur nge-teh, tur disambi maca blog fiksilizz .... Semilir tenan ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ngiming-ngimingi tenan lho njenengan iki, Mbak... Hahaha...
      Matur nuwun rawuhipun...

      Hapus
  7. Hadir aq yo mba! Driji ngatung

    BalasHapus
  8. Ih itu klien maen samber aja si?!
    Eeeeeeeaaaaaaaa komennya keduluan kk Nita..........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakak... namanya juga dagangan, Neng...
      Makasih mampirnya ya...

      Hapus
  9. Waduh waduh waduh, lha trus gimana ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terusnya ya udah tamat, Mas Ryan, hehehe... Makasih mampirnya ya...

      Hapus