Kamis, 20 April 2017

[Cerbung] Caramel Flan for Ronan - Prolog








Prolog


Satu sendok terakhir caramel flan itu menghilang ke dalam mulut mungil seorang gadis kecil berpipi bulat berambut kriwil. Ia menatap ayahnya dengan sorot mata berlumur harapan di bawah naungan bulu mata yang berjajar lentik.

“Mau lagi, Yanda,” gumamnya.

“Mm...,” sang ayah ragu-ragu sejenak. “Sebenarnya di kulkas masih ada. Tapi, kan, itu punya Abang.”

“Ng...,” sorot mata bening itu perlahan itu meredup.

“Tapiii...,” senyum sang ayah terlihat menggoda, “punya Yanda masih ada. Boleh buatmu.”

Binar itu muncul lagi. Membuat hati sang ayah runtuh seketika. Apalagi ketika gadis kecil berpipi bulat itu memeluknya. Sekejap kemudian, sebuah caramel flan sudah terhidang. Dan dalam sekejap pula hampir seluruh bagiannya sudah berpindah ke perut si gadis kecil.

“Yanda mau?” tawarnya manis.

Maka sang ayah membiarkan tangan mungil yang memegang sendok itu menyuapkan caramel flan terakhir padanya.

“Enak banget, kan?” gadis kecil itu menjilati sendoknya.

“Mm... Selalu. Sayangnya, Yanda harus tunggu besok lagi untuk makan caramel flan,” sang ayah berlagak sedih. “Bikin caramel flan, kan, lama.”

Dan ia mendapat lagi sebuah pelukan karenanya, yang dibalasnya dengan hangat.

Menunggu sehari lagi tidak akan terlalu terasa, senyumnya. Aku sudah pernah menunggu untuk jangka waktu yang jauh lebih lama...

“Ibun pulang...”

Suara ceria yang menggema itu membuat si gadis kecil dan ayahnya mengurai pelukan, kemudian berpindah menyambut sang ibu yang baru datang.

“Bun, flan Yanda aku habiskan,” lapor si gadis kecil dalam bentuk bisikan di telinga.

“Hm...,” sang ibu mencolek hidung gadis kecilnya. “Yanda nangis, nggak?”

Gadis kecil itu terkikik. Ia kemudian berbisik lagi, “Buatkan flan lagi, ya, Bun... Buat Yanda.”

“Sip! Tapi Ibun mandi dulu, ya?”

Dan sebuah ciuman dari sepasang bibir mungil mendarat di pipi kanan perempuan itu.

“Aku pulang...”

Seorang anak laki-laki pra remaja yang datang belakangan menambah meriah suasana. Lengkap sudah. Ada seorang istri dan ibu ajaib yang selalu bersikap hangat, seorang ABG laki-laki yang penuh semangat, seorang gadis kecil yang sangat menggemaskan... Sang suami sekaligus ayah merekam semua keindahan itu melalui lensa mata dan ingatannya.

Kesempurnaan yang berasal dari sekumpulan ketidaksempurnaan...

Napasnya terhela samar.

How could I ask for more?

Bibirnya mengulum senyum.

Hm... Maybe more caramel flan. A so special caramel flan...

* * *


Ilustrasi : www.pixabay.com (dengan modifikasi)


Catatan :
Kalau ada yang mau protes : “Lho, kok, dikiiit bangeeet???”
Saya jawab duluan ya : “Namanya juga prolog.”
Sekian dan terima nasi (nasi uduk, nasi kuning, nasi pecel, nasi rames, dll.).

15 komentar: