Selasa, 14 April 2015

[FA] Kisah Dua Botol





Di sudut sebuah dapur, berdirilah sebuah botol kecil. Sudah lama ia berdiri sendirian di sana. Dari sudut itu, Botol Kecil dapat mengamati kejadian sehari-hari di dapur.

Pada pagi hari, ia dapat melihat pemilik rumah sibuk menyiapkan sarapan. Menjelang siang, ganti seorang asisten rumah tangga yang sibuk memasak untuk makan siang dan malam. Dan pada malam hari, ia dapat melihat Boli si kucing belang mengejar-ngejar segerombolan tikus bandel.

Suatu hari pemilik rumah memberinya teman. Pemilik rumah meletakkan sebuah botol lagi di sudut dapur tempat Botol Kecil berdiri. Botol Kecil merasa senang. Itu berarti ia tak akan kesepian lagi.

“Hai!” sapa Botol Kecil dengan ramah. “Aku Botol Kecil. Dan kamu...?”

Tapi alangkah kecewanya Botol Kecil. Botol baru itu tidak menyahuti sapaaannya. Bahkan menoleh pun tidak.

Ah, mungkin ia masih malu, pikir Botol Kecil.

“Kalau tidak salah, kamu bekas botol kecap ya?” Botol Kecil masih berusaha beramah-tamah.

Alih-alih menjawab baik-baik, Botol Besar, nama botol baru itu, malah melirik tajam.

“Kamu kecil-kecil berisik sekali,” sahut Botol Besar judes. “Tidak bisakah kamu diam saja?”

Botol Kecil terkejut. Ups! Kasar sekali botol baru ini, pikirnya. Lalu ia memutuskan untuk menutup mulutnya. Daripada salah bicara...

* * *

Botol Besar memang benar-benar sombong. Ia selalu membanggakan dirinya yang bertubuh besar dan kelihatan kuat. Lain dengan Botol Kecil yang kelihatan begitu mungil dan ringkih di sampingnya.

”Eh, kamu jangan dekat-dekat aku,” Botol Besar berkata sambil mencibir. “Kamu tak pantas berdiri di dekatku.”

Botol Kecil hanya tersenyum kecut. Bukan sekali-dua kali Botol Besar meremehkannya.

Kemarin Botol Besar mengatainya sok tahu ketika Botol Kecil mengingatkan agar Botol Besar merapat ke dinding. Tikus-tikus bandel suka berlarian ke sana-sini. Mereka kadang-kadang menyenggol apa saja yang menghalangi mereka, termasuk kaum botol. Kalau kaum botol tidak berdiri merapat ke dinding, bisa-bisa mereka jatuh terguling atau menggelinding kalau tersambar tubuh kaum tikus.

Kemarinnya lagi, Botol Besar mengejek ukuran tubuh Botol Kecil. Kamu pasti tidak laku diloakkan, begitu kata Botol Besar dengan nada menghina.

Tapi Botol Kecil selalu bersabar. Tak ada gunanya menanggapi olok-olok Botol Besar yang sombong itu.

* * *

Suatu malam, Botol Kecil terbangun dari tidurnya karena terkejut. Botol Besar berteriak-teriak ketakutan di sebelahnya. Ternyata saat itu Boli kembali asyik mengejar empat ekor tikus. Tikus-tikus itu berlarian ke sekeliling dapur, termasuk melintas di dekat kedua botol itu.

“Hei! Jangan lewat di dekatku! Awas kalau aku sampai jatuh!” teriak Botol Besar.

Tapi Boli dan keempat tikus itu tidak peduli. Mereka masih saja terus berkejaran. Botol Besar menoleh pada Botol Kecil.

“Suruh mereka berhenti!” ucapnya dengan nada memerintah.

“Ah, itu sudah jadi pekerjaan mereka,” jawab Botol Kecil sambil menguap. “Lagipula kalau kita jatuh, besok pagi kita juga akan diberdirikan lagi.”

“Dasar norak!” seru Botol Besar dengan jengkel.

Botol kecil mengangkat bahu, acuh tak acuh. Sekali lagi ia menguap, kemudian kembali tidur. Di sampingnya, Botol Besar menggerutu sepanjang malam.

* * *

Pada suatu sore, asisten rumah tangga mengambil Botol Kecil dari sudut dapur. Ia membawa Botol Kecil ke bak cuci piring, mencucinya sampai bersih, kemudian melapnya sampai mengkilap.

Botol Besar bertanya-tanya dalam hati, untuk apa Botol Kecil mendapat perlakuan khusus seperti itu? Tapi ia terlalu sombong untuk bertanya langsung pada Botol Kecil. Ketika Botol Kecil tersenyum padanya, Botol Besar malah membuang muka.

Sepanjang sore Botol Kecil berdiri di atas meja dapur. Tubuhnya yang kecil tapi gendut di bagian bawah terlihat menarik di bawah siraman cahaya lampu dapur. Apalagi tubuhnya sudah bersih, wangi, dan mengkilap.

Botol Besar sungguh-sungguh merasa penasaran. Tetapi ia merasa gengsi untuk bertanya.

* * *

Malam harinya, Boli kembali berlarian di dapur. Botol Besar melirik ke sana-kemari dengan khawatir.

Sebelum malam ini, sudah beberapa kali tikus-tikus bandel menyenggol tubuh Botol Besar. Sudah berkali-kali pula ia jatuh menggelinding di lantai. Bahkan saat ini beberapa bagian tubuhnya sudah mulai retak.

Dan kejadian yang dikhawatirkannya pun terjadilah. Seekor tikus bandel bertubuh besar menabraknya tanpa ampun. Dan...

PYAR...!

Tubuh Botol Besar pecah berkeping-keping. Ia menangis tersedu-sedu. Habis sudah kebanggaannya.

Botol Kecil menatapnya dari atas meja dapur dengan perasaan iba. Tapi ia hanya bisa diam. Tak mampu berkata-kata.

Rupanya pemilik rumah mendenga keributan itu. Ia bersama asisten rumah tangganya masuk ke dapur.

“Bi Iyah, tolong ambil botol bekas minyak wijen yang kamu cuci sore tadi,” kata pemilik rumah. “Masukkan ke dalam lemari saja. Bisa-bisa Nana marah padaku kalau botol kecil itu pecah juga. Ah, aneh-aneh saja koleksinya.”

Botol Besar yang sudah pecah berkeping-keping itu jadi makin hancur hatinya. Rupanya Botol Kecil yang selama ini sering diejek dan diremehkannya itu akan dijadikan benda koleksi. Sementara dirinya...

Segerombolan ijuk hitam menyapu Botol Besar. Suaranya gemerincing ketika Sapu Ijuk menggiringnya masuk ke pengki. Lalu... PRUK! PRUK! PRUK!

Bi Iyah menuangkan isi pengki ke dalam tempat sampah. Lalu gelap. Asisten rumah tangga itu mematikan lampu dan pergi melanjutkan tidurnya.

Di dalam tempat sampah yang penuh barang bau itu Botol Besar menangis tersedu-sedu. Sedih, sekaligus menyesali kesombongannya. Kini harganya sudah jauh berkurang. Bukan lagi Botol Besar yang gagah.

* * * * *

16 komentar:

  1. Satu renungan di pagi hari, nice post mbak

    BalasHapus
  2. dapeett banget pesannya..

    kesombongan macam apa pun tinggal nunggu waktunya sebuah penyesalan..hee

    salam rumpies tant!

    BalasHapus
  3. Duh kalo mau sombong mesti mikir dulu, karena di atas langit pasti ada langit, keren tan ceritanya ;)

    BalasHapus
  4. Jadi inget cerita anak tentang lima jari. Jari kelingking selalu dijelek2an oleh yg lainnya, tapi ternyata tanpa jari kelingking pun mereka tidak lengkap. Nice story bu Lis

    BalasHapus
  5. Botol kecilnya harus tetap rendah hati yaaaa... jgn bilang, "rasain loe..." ;)
    Edukatif mbak Lis...

    BalasHapus
  6. ...renungan yang bagus, harusnya layak dipublish di "sono" :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha, ini juga pindahan dari 'sono'...
      Makasih singgahnya, Mas Ryan...

      Hapus
  7. Wajib masuk bookmark ini mba! Buat Quin ;-)
    Ta'tunggu cerita anak lainnya yo ....

    BalasHapus