Minggu, 10 November 2013

[Cermin] Namaku Sam





Aku suka dipanggil ‘Sam’. Sebuah nama singkat yang terdengar elegan. Walau tak sedikit yang mencibirku, ketika aku tersenyum bangga karena sepotong nama ‘Sam’.

Hm…

Aku tak pernah mengharapmu paham. Tapi aku ingin bercerita sedikit. Tentang aku. Tentang hidupku. Tentang ‘Sam’.

Kau ingin membaca ceritaku? Bacalah. Kau tak mau membacanya? Pergilah. Jalani hidupmu sendiri.

Ayahku selalu mengajakku bermain layang-layang di sebuah lapangan dekat rumah. Angin kencang akan membumbungkan layang-layang yang dipegang ayahku. Dan ketika layang-layang itu berlenggak-lenggok dengan indahnya, ayahku akan berteriak, “Lihatlah, Sam! Indah bukan?”

Dan aku selalu menyambutnya dengan tepuk tangan dan senyumku yang paling lebar. Ketika angin perlahan mengantuk dan ingin tidur, ayahku pun menurunkan layang-layangnya.

Senja perlahan menurunkan tirai kelamnya. Aku dan Ayah masih duduk di tepi lapangan. Menunggu hingga matahari jingga besar itu benar-benar tenggelam.

Lalu kami pulang. Ayah merangkul bahuku dengan tangan dan lengannya yang hangat.

“Sam, aku bangga padamu.”

Begitu selalu ucapnya.

Ucapan yang selalu kuingat hingga bertahun-tahun lamanya. Ucapan yang menopangku melawan badai. Ucapan yang terus-menerus mengiang untuk memantapkan langkahku.

Membuatku tegar ketika dikatakan ‘banci’. Membuatku tak peduli dikatakan ‘gila’. Membuatku tak pernah ingkar pada diriku sendiri.

“Siapa pun kamu, Sam, bagaimana pun kamu, Ayah tak peduli. Kau buah cinta ayah dan almarhum ibumu. Ayah selalu bangga padamu.”

Kutatap Ayah dalam-dalam. Rambutnya sudah memutih di sana-sini. Makin banyak kerut menghiasi wajahnya.

Satu yang tak pernah berubah. Sinar matanya. Penuh kasih. Penuh penerimaan. Penuh kebanggaan. Membuat hatiku tergetar oleh rasa terima kasih yang dalam.

“Tuhan menciptakan kamu karena suatu alasan, Sam. Carilah, maka kau akan menemukannya.”

Aku mengangguk.

Dan disinilah aku sekarang. Bersama teman-teman senasib merawat anak jalanan dan terlantar. Berusaha bersyukur karena begitu banyak cinta yang telah dijejalkan Ayah ke dalam setiap rongga hatiku. Sehingga aku punya banyak kasih untuk kubagikan pada siapa pun yang membutuhkan.

Tak pernah lagi terpikir tentang suntikan hormon dan operasi transgender. Tak pernah lagi terpikir bahwa jiwaku terperangkap dalam tubuh yang salah. Aku tak perlu bersuara berat ataupun berkumis.

Selamanya aku adalah diriku sendiri. Sam.

Namaku Sam. Samantha. Aku laki-laki. Dengan tubuh dan nama perempuan. Dan aku bangga menjadi unik.

Bagaimana denganmu?


* * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar