Sebelumnya
* * *
“Jadi, bagaimana kalau kita mengawali hidup kita di sana?”
Gematri tak akan pernah bisa melupakan betapa antusias suara Kana ketika mengucapkannya. Betapa berpendarnya binar dalam mata Kana.
Beberapa jam lalu, saat ia baru saja mengakhiri hari sibuknya sebagai seorang presiden planet Ancora, Kana menghubunginya. Ada yang berdentam liar dalam dadanya ketika menatap wajah segar Kana di layar alat komunikasinya. Wajah yang sangat dirindukannya. Dan, gadis itu menawarkan sesuatu yang benar-benar di luar dugaannya.
Selama beberapa hari terakhir ini, setelah ia mengunjungi Kana di Bhumi, hubungannya dengan Kana terasa makin hangat. Mereka mencoba untuk meluangkan waktu setiap harinya untuk saling bertegur sapa. Tak hanya itu, bahkan makin serius merencanakan apa yang mereka inginkan pada hari esok saat sudah hidup bersama.
Masih banyak hal yang mereka pertimbangkan. Jadi, sama sekali belum ada keputusan final mereka harus tinggal di mana dan siapa yang harus mengalah. Tapi mereka masih punya waktu. Apalagi jabatannya baru akan berakhir pertengahan tahun depan. Setelah itu, ia akan kembali ke pekerjaannya semula sebagai seorang instruktur kedokteran militer. Sebuah bidang yang sangat dikuasainya secara mumpuni karena ia adalah salah satu lulusan terbaik jurusan kedokteran militer se-Andromeda.
Kana pun kelihatannya sangat mencintai pekerjaannya di Bhumi. Tapi ia sungguh-sungguh tak boleh memaksa gadis itu untuk ikut bersamanya tinggal di Ancora. Kalau memang harus ia yang pindah ke Bhumi, kenapa tidak? Hanya saja Kana selalu merasa bahwa hal itu tidak adil.
Sekarang lihat apa yang ditawarkannya!
Gematri meraih alat komunikasinya, menyambungkannya dengan bank data, dan memproyeksikan sebuah dokumen yang tadi dikirimkan Kana. Tak lupa ia menggelapkan kamarnya. Sejenak kemudian, di dinding sudah terpampang sebuah film dokumenter.
Film yang memaparkan sebuah planet hijau yang masih tergolong muda. Para penduduknya saat ini sedang bergerak maju ke arah peradaban yang lebih tinggi. Untuk itu, mereka mengundang pakar-pakar dari seluruh semesta untuk datang membimbing mereka. Membantu mereka mengembangkan semua aspek kemajuan peradaban yang mereka ingin capai, agar bisa setara dengan planet-planet berpenghuni lainnya yang tersebar di seluruh semesta.
Saat ini, para ahli dari seluruh semesta mulai datang untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan bagi penduduk planet itu. Transfer ilmu dan teknologi sudah dimulai. Tapi mereka masih memerlukan lebih banyak lagi demi mempercepat kemajuan.
Kana sempat menjelaskan secara singkat bahwa ia memperoleh rekaman film dokumenter itu dari atasannya di Observatorium Tandan. Mungkin solusi yang ditawarkan oleh Orinid bisa membantu mereka untuk mengambil keputusan. Tak lupa gadis itu menyisipkan pesan bahwa mereka tak perlu terburu-buru mengambil keputusan. Ia masih punya tugas yang harus diselesaikan, begitu pula Kana.
Pada bagian terakhir film dokumenter itu tertayang daftar para ahli yang masih sangat mereka butuhkan. Dua di antaranya adalah instruktur kedokteran militer dan ahli astronomi semesta. Dua profesi yang sangat pas baginya dan Kana.
Setelah film itu berakhir, diulanginya lagi untuk menontonnya. Pada pertengahan tayangan, ia meraih alat komunikasinya dan menghubungi seseorang. Setelah tersambung, senyum mengembang di bibirnya. Menatap layar dalam-dalam. Pada wajah Azayala yang terpampang di sana.
“Hai, Bu!” sapanya dengan suara hangat. “Apa kabar?”
* * *
“Hah? Kamu sudah gila!”
Seketika Kana cemberut melihat ekspresi gusar Moses pada layar alat komunikasinya. Ia sama sekali tak mengharapkan reaksi Moses yang seperti itu. Tapi rupanya Moses menyadari kesalahannya. Ia tertawa melihat wajah Kana jadi tembem seperti itu.
“Maaf, maaf ....” Moses mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. “Maksudku bukan begitu, tapi .... Aduh, Na! Kenapa tidak bermigrasi ke Ancora saja, sih, ikut dia? Habis perkara. Kudengar mereka punya lembaga penelitian yang lumayan top. Kamu pasti nggak akan kesulitan untuk dapat tempat di sana. Lagian, jadi istri presiden, lho!”
“Jabatannya habis pertengahan tahun depan,” sergah Kana cepat.
“Terus, kalau sudah nggak jadi presiden lagi, dia ngapain?” Moses mengerutkan kening.
“Ya, balik ke pekerjaan semula. Dia itu aslinya instruktur kedokteran militer yang punya lisensi semesta. Profesi yang paling paling dibutuhkan sampai kapan pun.”
“Wuidiiih ....” Moses menggeleng-gelengkan kepala. ”Keren juga dia!”
Kana mencibir, membuat Moses tertawa lagi.
“Lalu, kamu sendiri gimana?”
Moses mengedikkan bahu di seberang sana. Wajahnya terlihat datar.
”Sepertinya statusku akan ikut istri.” Moses meringis sekilas. “Amarilya terikat untuk menjalankan tugas hingga masanya berakhir nanti, saat ada Mitessaron lagi.”
“Berapa tahun lagi?”
“Sekitar 23-24 tahun lagi.”
Seketika Kana mengerucutkan bibir mendengar jawaban Moses. Pantas ....
”Aku pulang pertengahan minggu depan, Na. Aldebaran sudah kasih kabar bahwa akhir minggu ini pekerjaannya ditargetkan akan selesai. Dia akan langsung pulang ke Bhumi lewat portal dari Gerose.”
Kana manggut-manggut. Portal Triangulum akan segera terbuka di Bhumi. Berarti ....
Beberapa saat kemudian, keduanya mengakhiri komunikasi antar galaksi itu. Setelah wajah Moses menghilang dari layar, Kana memutar lagi film dokumenter yang rekamannya ia dapat dari Orinid. Ia sudha menontonnya lebih dari duak kali, tapi masih tetap berminat menikmatinya lagi dan lagi. Kali ini, ia memproyeksikan tayangan dokumen itu ke langit-langit kamarnya. Ia menontonnya sambil berbaring di ranjang.
“Selamat datang di Planet Zertez! Zertez adalah sebuah planet yang mengorbit bintang Oxydarid bersama enam planet lainnya, dan berada pada bidang galaksi Triangulum. Satu-satunya planet yang berpenghuni dalam tata bintang Oxydarid hanyalah Zertez.
“Saat ini, koloni Zertez sedang berusaha untuk menyejajarkan diri dengan kemajuan peradaban semesta. Untuk itu, kami mengundang Anda untuk mengenal dan menikmati keindahan planet kami melalui tayangan film dokumenter ini.”
Lalu muncul gambaran keindahan planet kecil itu. Hutan yang begitu rimbun dan hijau, koloni-koloni yang menghuninya, ragam hayati dan sistem kehidupan yang terkandung di dalamnya, dan masih banyak lagi.
Tapi tayangan itu makin menghilang dari pelupuk mata Kana. Ia tertidur. Kemudian bermimpi sedang berada dalam keindahan dan kehijauan planet Zertez. Bersama Gematri.
* * *
Ilustrasi : www.pixabay.com (dengan modifikasi)
Catatan :
Seharusnya bagian kedua dari bab pendek ini terbit kemarin (hari Selasa). Tapi karena jenuh, saya seling dengan menulis cerpen (daur ulang dari yang pernah saya tulis) yang saya terbitkan di halaman fb FiksiLizz.
Besok tayangan di blog ini akan lanjut ke bagian berikutnya dari cerbung “Sekeranjang Hujan”. Hasil revisi dari cerpen yang kemarin saya unggah di fb akan saya selipkan nanti pada hari Minggu di blog ini.
Terima kasih...