* * *
Satu
Satu demi satu utusan dari koloni yang tergabung dalam Federasi Galaksi Andromeda memasuki ruangan besar itu. Mereka duduk di tempat masing-masing. Mengelilingi sebuah meja besar terbuat dari batu granit utuh dan masif yang dipahat dengan alat khusus berteknologi tinggi. Kursi yang melengkapi meja itu berbahan titanium yang dilapisi bantalan tipis berwarna putih berisi udara.
Ruang pertemuan yang ada di salah satu kompleks pemukiman bawah tanah Planet Ancora itu berbentuk kubah setengah bola setinggi tiga dekameter berlantai marmer biru muda. Dinding dan langit-langit kubah itu dilapisi lembaran kristal karbon terkompresi yang disepuh platina pada sisi sebaliknya. Tak ada jendela pada ruangan itu, tapi cahaya di dalamnya cukup terang. Berasal dari pendar-pendar batu yang berasal dari ledakan Bintang Brass, yang bisa menyala karena gas argon yang disemprotkan otomatis di sekitarnya secara berkala. Pada bagian atas kubah, terpasang jalinan pipa yang mengalirkan campuran helium, oksigen murni, metana, dan hidrogen dalam komposisi yang sudah dihitung secara presisi sehingga aman bagi semua utusan koloni.
Para utusan koloni saling menyapa dalam suasana hangat dan akrab. Sedikit banyak, mereka sudah tahu untuk apa mereka kali ini harus datang. Tapi mereka memilih untuk tidak membicarakan hal itu lebih dulu. Hanya mengobrolkan hal-hal yang ringan saja, seperti cuaca dan perkembangan teknologi di planet dan koloni mereka masing-masing.
Setelah semua utusan koloni lengkap, Gematri – presiden Planet Ancora yang mengetuai Federasi Galaksi Andromeda – segera membuka sidang itu. Pertemuan kali ini bukanlah sidang terjadwal yang memang diadakan secara berkala sesuai persetujuan seluruh anggota federasi, melainkan sidang dadakan.
Beberapa waktu lalu, Gematri menerima permohonan batuan dari Ratu Amarilya, pemimpin Planet Catana. Ada pemberontakan yang dilakukan oleh salah satu kaum di koloni Catana. Bertepatan dengan itu, ada sebuah portal baru yang tiba-tiba saja terbuka di sekitar wilayah pemberontak. Banyak pemberontak yang melarikan diri melalui portal tersebut. Pemberontak yang masih tersisa berhasil didesak dan sebagian ditangkap. Yang ditangkap kemudian dipenjarakan di Chantrea, salah satu dari keempat satelit Catana. Yang belum tertangkap masih bersembunyi di hutan dan bawah tanah Planet Catana.
Beberapa minggu kemudian, sebuah portal kembali terbuka. Tepat di depan pintu gerbang istana Catana. Kali ini bukan pemberontak yang kembali. Melainkan utusan dari ujung portal itulah yang datang. Asalnya dari Galaksi Triangulum.
Utusan bernama Xavier itu melakukan protes keras karena Triangulum ketiban sepasukan sosok setengah raksasa yang tidak tahu tata krama. Koloni Maleus dari Catana. Mereka terpencar sesuai sedotan jalur yang ada dalam lorong lubang cacing yang menghubungkan portal terbuka di Catana dan portal pangkal di Gerose, salah satu planet di Galaksi Triangulum. Selain ke planet Gerose, para Maleus juga ada yang tersedot dan jatuh di Rogon, Mehta, dan Zertez. Semuanya adalah planet berpenghuni dalam Galaksi Triangulum.
Astrodi, atasan Xavier, yang merupakan ketua Federasi Koloni Triangulum bermarkas di Gerose, menerima berbagai keluhan dari pemimpin planet-planet itu. Tindakan pertama yang bisa mereka lakukan adalah melokalisasi para Maleus ke sebuah planet kerdil di luar zona hunian Galaksi Triangulum. Penjagaan dari federasi sangat ketat, tapi Maleus harus tetap dikembalikan ke asalnya.
“Ratu Amarilya, silakan mengungkapkan apa masalah yang Anda alami,” ucap Gematri setelah ia membuka pertemuan itu.
Amarilya berdiri dari duduknya, mengucapkan terima kasih kepada Gematri yang menanggapi secara cepat permintaannya, dan kepada semua utusan koloni yang bersedia menghadiri sidang kali ini.
“Maleus sudah mulai memberontak sejak Raja Laarsen memimpin Catana,” ungkap Amarilya. (Silakan baca "Empat Purnama di Atas Catana" – Lizz) “Setelah itu selalu ada pemberontakan yang dilakukan kaum Maleus. Setiap kali ditumpas, setiap kali muncul lagi. Mereka selalu menolak penawaran untuk bebas dari koloni Catanora dan mendapat tempat khusus di Mahsa, salah satu satelit kami. Mereka maunya menguasai Catana. Tapi Catana bisa hancur di tangan mereka. Mereka kurang beradab. Anda semua tahu, kan, kejadian saat saya dinobatkan jadi ratu di Catana?”
Hening sejenak. Amarilya menarik napas panjang. Ditatapnya satu demi satu para utusan koloni. Semua tertunduk. Ada atmosfer kesedihan yang mendadak menguar dalam ruangan itu.
Sebelum Gematri ditunjuk secara aklamasi untuk menjadi ketua, Federasi Galaksi Andromeda diketuai oleh Franceo, raja dari Planet Catana. Franceo tak hanya cakap memimpin koloni Catanora di planetnya, tapi juga cakap dalam mengendalikan Federasi Galaksi Andromeda. Sayangnya, saat terjadi pergantian pemimpin di Catana, Franceo dan Permaisuri Migea terbunuh oleh pemberontak Maleus. Sebuah kehilangan besar bagi koloni Catanora dan segenap anggota Federasi Galaksi Andromeda.
Amarilya yang sudah ditetapkan untuk melanjutkan kepemimpinan di Catana tetap naik tahta. Dan, hal besar yang harus segera dihadapinya adalah pemberontakan besar-besaran dari kaum Maleus.
Perang tak terelakkan lagi. Walaupun koloni Catanora yang terdiri dari kaum Manola, Pixer, dan Exoma bersatu di bawah kepemimpinan Amarilya, didukung oleh teknologi dan kekuatan supranatural, tetap saja kaum Maleus yang berjumlah dan berukuran cukup besar susah untuk ditumpas. Apalagi saat ini, ketika ada sebagian dari mereka yang lari ke galaksi lain. Mungkin sedang menyusun kekuatan baru pula.
“Penyebaran kaum Maleus makin luas, bahkan hingga ke galaksi lain,” ucap Amarilya, lirih. “Jujur, saya tidak bisa mengatasinya sendirian. Apalagi harus berurusan dengan galaksi lain. Catana masih anggota Galaksi Andromeda. Kalau kaum Maleus tidak bisa diatasi, saya mengkhawatirkan galaksi kita. Saya juga mengkhawatirkan galaksi lain.”
Semua utusan terdiam. Berpikir. Maleus setidaknya belum jadi ancaman di Andromeda. Sayangnya, langsung meloncat ke galaksi lain. Triangulum. Portal-portal ke galaksi lain yang ada di Andromeda semua masih aman. Tapi bagaimana dengan portal di Triangulum? Secara adab, Andromeda jauh lebih maju daripada Triangulum.
Entah portal ke mana saja yang ada di Triangulum saat ini. Entah bagaimana tingkat keamanannya. Mereka di Andromeda belum banyak berinteraksi dengan Galaksi Triangulum. Hanya sekadar ‘kenal’ sebagai tetangga jauh.
Portal-portal ke planet dan galaksi lain yang ada di seluruh penjuru Andromeda sudah dilengkapi dengan keamanan maksimum. Begitu juga dengan yang ada di Catana. Karena itulah kaum Maleus selama ini hanya jadi ancaman lokal saja di Catana. Tapi dengan terjadinya pelarian ini?
Gematri menghela napas panjang. Kenapa bisa jadi rumit seperti ini?
Sejak awal, kaum Maleus adalah kaum yang ‘terbuang’ di Andromeda. Mereka harus meninggalkan Malvez, planet mereka, karena bintang utama mereka meledak dan padam. Malvez tak lagi bisa dihuni. Satu-satunya cara adalah berpindah ke planet lain yang mendukung kehidupan.
Sayangnya, kaum Maleus selama ini dikenal sebagai kaum yang sedikit primitif dan kurang beradab. Koloni-koloni yang menghuni planet-planet di Andromeda menolak kehadiran Maleus di planet mereka. Satu-satunya yang bersedia menerima mereka adalah koloni Catanora, penghuni Planet Catana. Sebuah kebaikan yang ternyata dibalas dengan racun oleh kaum Maleus.
Gematri kemudian mengangkat wajahnya. Ditatapnya semua utusan, satu demi satu.
“Aku akan ke Triangulum untuk membicarakan masalah ini dengan pemimpin mereka,” putusnya kemudian. “Segera. Agar masalah ini cepat selesai. Dari situ, baru kita bisa antisipasi dengan memperingatkan galaksi lain. Terutama galaksi Via Lactea. Aku mengkhawatirkan keamanan mereka. Kalau mereka terhubung dengan Triangulum dan Maleus meloncat ke sana, mereka bisa habis.”
Semua tertegun mendengar ucapan Gematri.
* * *
Ilustrasi : www.pixabay.com (dengan modifikasi)