Sebelumnya : Part Two : White is Always Beautiful
Part Three
Colorful is Also Beautiful
Pada akhirnya aku menyerah. Hari ini, record yang kumiliki sebagai seorang perempuan (cantik) berhati nenek sihir terpaksa patah untuk kesekian kalinya. Prinsipku berhasil mengalahkan egoku. Bahwa semua customer adalah ratu, dan gaun yang itu bisa jadi segera out of date kalau menungguku memakainya.
Aku tak punya pilihan lain kecuali merelakan gaun itu dipilih Yola. Tapi masih ada hal lain yang menghiburku, bahwa sebelum show pun sudah ada aliran dana yang bersiap masuk ke pundi-pundiku karena gaun rancanganku sudah terjual sehelai. Hal itu membuatku optimis bahwa aku bisa melunasi hutang modal secepatnya.
Kuantar Yola dengan wajahnya yang secerah mentari pagi keluar dari studioku. Seseorang berdiri ketika kami muncul.
“Masnya kok nggak diajak masuk tadi?” gumamku.
“Ah, dia suka nggak sabaran,” Yola mengayunkan tangan kiri ke depan wajahnya.
Tapi yang kudapati bukanlah seraut wajah tidak sabar. Melainkan wajah luar biasa teduh yang sangat menghanyutkan. Senyumnya mengembang setulus-tulusnya, membuat perempuan mana pun pasti terbuai juga barang sedetik. Diulurkannya tangan padaku.
“Mbak Ervina ya? Canopus,” ia menjabat tanganku dengan hangat. “Yola pasti merepotkan Mbak.”
“Oh, sama sekali enggak!” bantahku.
Hatiku seketika terasa teremas hebat melihat Yola dengan enaknya meraih tangan laki-laki itu dan menggayut manja di sisinya sambil berpamitan padaku. Oh... sungguh-sungguh pasangan calon pengantin yang berbahagia...
* * *
Dan diam-diam aku merasa geram. Aku sungguh-sungguh mengenali apa yang kurasakan setelah perjumpaan dengan laki-laki itu. Canopus. Ca-no-pus.
Tapi...
Jatuh cinta pada calon suami customer-ku sendiri? Rasanya aibnya sungguh-sungguh melampaui kegilaanku mencoba menggoda Rilo tempo hari. Dan aku benar-benar tak tahu harus bagaimana melenyapkan bayangan laki-laki itu dari dalam benakku.
Ca-no-pus. Aku mengejanya sekali lagi.
Nama yang unik. Laki-laki berkemeja warna biru langit yang tergulung hingga ke siku. Wajah yang super teduh dengan senyum yang super membuai. Tubuhnya yang mulai berbentuk dad bod dan sukses menggelitik hatiku.
Oh no!
Kenapa lagi-lagi calon suami orang? Ke mana saja aku selama ini sehingga belum juga menemukan sisa laki-laki impian di luar sana yang masih single?
Oh my...
Huuuffft...
* * *
Dan dunia yang berwarna-warni itu menghampiriku saat show tunggal gaun-gaun rancanganku berakhir kemarin dengan raport bernilai biru. Dua puluh helai saja gaun rancanganku terjual, maka modal sudah kembali. Tapi yang terjual bukan hanya dua puluh, melainkan tersisa hanya empat gaun saja.
Pembelinya bukan cuma para calon pengantin, tapi beberapa bridal house ikut rebutan di dalamnya, terutama untuk gaun dengan ukuran ekstra. Aku sudah wanti-wanti pada Inke untuk segera menyelamatkan gaun yang sudah dipilih Yola. Gaun itu paling banyak yang menanyakan. Dan segera kulihat deretan wajah kecewa ketika kunyatakan bahwa gaun itu sold.
Kali ini aku memilih untuk terkapar begitu saja di atas karpet di tengah-tengah studioku. Semua asisten dan pegawaiku tengah sibuk mengemas gaun-gaun yang terjual untuk dikirimkan pada para pembeli dari bridal house. Targetnya besok harus sudah selesai.
Sisa gaun yang terjual pada customer perorangan masih tergantung pada beberapa manekin di dalam studioku. Menunggu pemiliknya untuk fitting. Semuanya ada di depan dinding sebelah kiri. Sedangkan di sebelah kanan ada empat helai gaun yang belum laku. Sehelai gaun bertema mawar putih bersih, sehelai gaun berwarna peach pastel dengan hiasan bulu-bulu, sehelai gaun berukuran ekstra berwarna off-white, dan sehelai gaun berwarna biru langit yang sangat elegan.
Mendadak aku tersentak ketika mataku sampai ke gaun yang terakhir itu. Aku bangun dan perlahan mendekatinya.
Sebuah gaun berlengan setali dengan punggung hanya tertutup bahan menerawang, dengan warna favoritku. Berpotongan empire dengan bahan chiffon yang membuatnya seolah melayang di udara. Tak ada ornamen yang terlalu rumit. Hanya ada aksen mutiara dan kristal di bagian bahu, punggung, dan sedikit di bagian atas depan. Elegan. Khas seorang Ervina.
“Mbak...”
Aku terjingkat seketika. Inke menatapku dengan wajah terlihat bersalah.
“Ada customer. Tapi belum janjian,” ucap Inke.
Aku mengangkat bahu. “Sudah, suruh masuk saja.”
Inke mengangguk.
* * *
“Saya melihat show Mbak yang diliput beberapa televisi kemarin,” senyum itu mengembang.
Aku membalas senyumnya.
“Kebetulan saya sedang cari gaun pengantin yang nggak putih. Apa semua sudah sold out?”
“Belum sih, Mbak Dinta,” jawabku. “Tapi sisanya hanya itu,” aku menunjuk ke deretan sebelah kanan. “Itu pun hanya satu yang nggak putih.”
“Yang biru ya?” Dinta menatapku dengan binar di matanya.
“Ng...,” aku ragu sejenak. Tapi... “Yang peach. Yang biru baru saja laku. Jadi belum sempat saya pindah ke kiri.”
Entah kenapa, kali ini egoku sebagai nenek sihir beraksi kembali. Tak ingin membiarkan customer baru bernama Dinta itu memiliki gaun biru itu.
Gaun milik-KU.
* * *
Bersambung ke bagian berikutnya : Part Four : Extra Size Doesn't Mean Not Beautiful
waduuuhhh...
BalasHapusmestinya ada catatan di pintu masuk : GAUN WARNA BIRU TIDAK DIJUAL...
:D :D :D
Wakakak... Customer langsung pada kabooor...
HapusNuwus mampire, Jeng...
Siapkan gaun dulu. Groom nya nyusul
BalasHapusYak, tul!
HapusMakasih mampirnya ya, Mbak...
Nah kayaknya Ervina jadi pake gaun biru nih :-)
BalasHapusIya apa iya ya... Hehehe...
HapusMakasih mampirnya, Bu...
good post mbak
BalasHapusMakasih singgahnya, Pak Subur...
HapusAq penisirin bingit endingnya !
BalasHapusNah, makanya stay tune, Nit... Hihihi... *ndagang juga*
HapusSuwun mampire yo...
Hahahaha emang mau pake berapa gaun Mbak Vin...
BalasHapusHahaha... serakah... maunya yang bagus-bagus buat dia semua.
HapusMakasih mampirnya, Mbak Na...
Eeeeeeeeeaaaaaaa resiko perancang laris tuh! Smua2nya diabisin jg sm customer!
BalasHapusKeren ah Tan! Trus itu Canopus gemanaaaaaaahhhhhh???????? *gemesssssssss
Makanya jangan pindah channel biar penasarannya nggak kemana-manaaa... Hahaha...
HapusMakasih mampirnya ya, Put...
Canopus....
BalasHapusJangan2 dia juga ada getar2 yg sama :)
Whoaaa... Mas Pical udah kayak cenayang nih!
HapusBelum sempat mampir ke Mata Malaikat, nanti ya, Mas...
Makasih singgahnya...