Part One
Everything is Beautiful
Huuuffft...
Kuhembuskan napas keras-keras sambil menghempaskan punggungku ke sandaran kursi. Pening. Letih. Kurang tidur. Dan lain sebagainya. Semuanya bertumpuk jadi satu.
Sebenarnya aku tak tahu di sebelah mana jalur pikiranku berjalan. Tiba-tiba saja otakku sudah merencanakan show tunggal yang akan menampilkan empat puluh lima helai gaun pengantin koleksi baruku.
Sebenarnya aku tak tahu di sebelah mana jalur pikiranku berjalan. Tiba-tiba saja otakku sudah merencanakan show tunggal yang akan menampilkan empat puluh lima helai gaun pengantin koleksi baruku.
Bayangkan!
Empat puluh lima helai!
Tanpa harus menyiapkan empat puluh lima helai gaun ekstra itu pun sebenarnya aku sudah cukup kerepotan dengan beberapa gaun milik para customer yang harus kuselesaikan agar stempel bonafide tetap menempel di keningku. Ternyata betul kata banyak orang. Meraih prestasi itu jauh lebih mudah daripada mempertahankannya.
Segera saja otakku yang ternyata cukup gila ini terus berontak dengan memikirkan sebuah show yang luar biasa. Menurutku luar biasa. Entah menurut orang lain. Tapi paling tidak, beberapa teman dekatku berpendapat yang sama. Bahkan bersedia patungan menalangi modal untuk mengadakan show ini.
“Ayolah, Vin,” bujuk Lorena beberapa bulan yang lalu. “Sudah waktunya bagimu untuk mengadakan show tunggal. ER-VI-NA. Siapa sih yang meragukan rancanganmu? Tapi show itu perlu, Vin! Untuk menunjukkan eksistensimu.”
Begituah gombalan Lorena itu meracuni pikiranku. Apalagi segerombolan teman-temanku yang lain turut mengompori. Dan aku, Ervina, sangat tak suka ditantang cuma-cuma. Ketika mereka semua patungan mengumpulkan modal, aku tak lagi memiliki alasan untuk mengelak.
Dan pada ujungnya aku terjebak pada bencana kelelahan yang kuciptakan sendiri. Lantas, mau bilang apa coba?
Huuuffft...
* * *
Everything is beautiful.
Hm... Itu tema show tunggal pertamaku. Akan dimulai dengan bagian pertama bertajuk White is Always Beautiful, yang menampilkan lima belas gaun pengantin dengan warna putih dan off-white. Lalu bagian kedua, Colorful is Also Beautiful, yang menampilkan sepuluh gaun pengantin yang semuanya tidak berwarna putih. Tidak berwarna terlalu nge-jreng memang, karena aku sendiri lebih suka berjalan pada pakem rancangan gaun pengantin yang ‘paling berani’ hanya pada level berwarna pastel. Dan bagian yang terakhir adalah Extra Size Doesn’t Mean Not Beautiful, yang akan menjadi puncaknya. Menampilkan dua puluh gaun pengantin dengan model, shape, dan detil yang ‘bersahabat’ bagi pemilik tubuh berukuran ekstra.
Sejak sukses menggarap gaun pengantin Berlian, pengantin dari mantanku, makin banyak calon pengantin berukuran ekstra datang ke studioku (baca : Gaun Pengantin Berlian – Lizz). Apalagi aku kemudian menjadikan Berlian dan gaun itu sebagai salah satu model utama yang menghiasi website-ku.
Pastilah aku makin sibuk hingga hampir melupakan kehidupan pribadi dan sosialku. Sementara waktu terus terbang. Aku masih juga berkutat di studioku. Berhadapan dengan calon pengantin dengan beragam kemauan dan berbagai karakter. Dan kini, ditambah dengan persiapan show tunggal itu.
Semuanya sangat-sangat-sangat menguras tenaga. Itu lebih karena aku mau semuanya sempurna hingga acara berakhir. Dan ada harapan besar di balik itu. Agar semua hasil rancanganku terjual habis dan aku bisa melunasi hutangku pada teman-teman yang sudah berbaik hati menalangi modal show.
Show itu akan berlangsung tiga hari lagi. Semuanya sudah siap dan aku masih punya cukup waktu untuk tidur. Bukankah tak bagus kalau gaun-gaun itu akan berseliweran dengan begitu indahnya sementara perancangnya tampil lusuh dengan wajah kuyu dan mata berkantung saking lelahnya? Mungkin tak akan mengurangi kredibilitasku. Tapi tentu saja aku harus tetap tampil cantik. Setidaknya kelihatan sesegar gaun-gaun pengantin yang kuciptakan.
Sebelum beranjak, aku menyempatkan diri untuk menatap satu persatu gaun-gaun yang sudah tergantung rapi, berjajar di kedua sisi ruangan studioku. Segera saja aku menemukan satu yang menjadi favoritku. Membuatku mengamatinya lebih lama daripada yang lain.
Sehelai gaun berlengan pendek berwarna off-white dengan model mermaid yang terbuat dari kain lace yang menerawang indah di beberapa bagian. Sebetulnya modelnya biasa. Yang membuatnya istimewa adalah detilnya yang kaya. Bordir bermotif sulur pakis memenuhi pinggang kiri hingga ke bagian dada. Sedangkan bagian pinggang kanan ada motif sulur serupa, hanya saja tidak dibordir, melainkan penuh dengan kristal swarovski yang membuatnya kelihatan mewah dan elegan.
Tanpa bisa dicegah, aku membayangkan diriku sendiri memakai gaun itu. Dan sesungguhnya, itulah yang ada dalam otakku ketika menggambar rancangannya. Diriku, dalam balutan gaun pengantin yang elegan.
Tapi kapan aku akan memakainya?
Mendadak saja aku merasa jadi orang yang paling malang sedunia. Ratusan gaun pengantinku telah dipakai ratusan pengantin perempuan dengan penuh gaya, tapi aku sendiri belum pernah memakai satu pun gaun pengantin rancanganku sendiri.
Can you believe it?
Sudahlah, percaya saja! Bagaimana mungkin aku memakai gaun pengantin rancanganku sendiri tanpa seseorang yang siap di sisiku untuk menerimaku sebagai istrinya dalam janji sehidup semati? Bukan tidak ada. Aku bukan orang yang terlalu pesimis, sebenarnya. Maka untuk menghibur diri kukatakan saja : belum ada.
Tapi tetap saja...
Sigh!
* * *
Bersambung ke bagian berikutnya : Part Two : White is Always Beautiful
Keren kisahnya, kalau bicara tentang kesibukan perancang busana dalam mempersiapkan pagelaran mode, saya inget novel pagi, siang dan malam (bener nggak judulnya?)karya sidney sheldon. Pasti bu Lis pernah baca deh. Saya juga udah baca hampir semua novel Sidney kecuali karyanya yg terakhir :-) Aduh jadi ngelantur. Pokoke penasaran ama lanjutannya.
BalasHapusIya, Bu... Pagi, Siang, dan Malam. Yang bapaknya dibunuh sama anaknya.yang hakim itu kan? I love Kendall, the designer!
HapusNovel yang terakhir itu Are You Affraid of the Dark bukan? Sudah baca semua aku, Bu, hehehe... *Sheldon's lover*
Makasih mampirnya ya...
wah nggak nunggu kamis lagi,trend baru nih ,mbak, tetapi always good post
BalasHapusKalo cerpen stripping memang tayang tiap hari, Pak. Makasih singgahnya..
HapusSide story dari cerita yang Pengantin Berlian itu ya, Mbak? Sebelum keduluan Mas Subur, saya mau bilang, "Good post" hehehe...
BalasHapusLanjuuut!
Yup! :)
HapusPadahal udah keduluan Pak Subur beneran, hihihi...
Makasih mampirnya, Mas...
Naaaaaaaah tadi pas pertama baca kok kayak pernah baca sebelumnya, tapi lupa judulnya apa, ternyata side storynya si Berlian :D
HapusDuh, idenya ada-ada aja sih tan? :D
Idenya nggak supan nih! Nyelonong melulu, hihihi...
HapusMakasih mampirnya ya, Mbak Put...
Jadi inget waktu mo merit... Besok kasih tau lagi ya mbak
BalasHapusRibet yak? Hahaha...
HapusSiaaap, Mbak! Jalur tol via WA yak?
Makasih singgahnya...
Wah menarik bu.. Kutunggu lanjutannya bu, suwun :-)
BalasHapusSami-sami, Mbak Indah... Makasih mampirnya...
HapusYg kek gini yg bikin acara tggu diparkiran jd lbh asik!
BalasHapusThank you Tante.................
Hahaha... Misgirl... Sama-sama, makasih juga dah mampir...
HapusMenyimak............
BalasHapusSilakan, Fris... Masih gratis kok, hehehe...
HapusMakasih mampirnya ya...
Hah..? November...? Selama itu aku nggak manpir? Huff... Rapel yang berat nih. Kan kalau sudah mavpir di sini biasanya nggak bisa berhenti...
BalasHapus