Aku selalu melihat laki-laki itu saat aku
berjalan dari gedung apartemenku menuju ke kampus di pagi hari. Atau saat sore
hari ketika aku kembali ke apartemenku. Dia melakukan hal yang tak lazim,
setidaknya menurut pandanganku. Memberi makan belasan kucing liar yang ada di
sekitar gedung apartemennya.
Sambil berjalan pelan-pelan aku mengamatinya
dari jarak yang memungkinkan. Dia tampan. Sangat tampan. Rambutnya yang agak
ikal dengan potongan pendek rapi tampak hitam mengkilat terkena sinar matahari
yang mulai mengintip di sudut langit. Garis wajahnya seolah terpahat sempurna
dengan alis yang menggaris tegas dan rapi, dengan hidung cukup mancung, dan
senyum yang seolah membekukan waktu.
Ya! Aku sering melihat bibirnya melengkungkan
senyum terindah yang pernah kulihat. Dia tersenyum saat melihat kucing-kucing
liar itu makan dengan lahapnya. Sesekali dia bicara pada beberapa orang yang
bergantian menitipkan makanan kucing padanya. Sepertinya mengucapkan terima
kasih.
Kurasa... aku jatuh cinta! Padanya. Pada
Pangeran Kucing itu. Laki-laki yang tak kutahu siapa namanya.
* * *
Ini adalah hari ketiga aku tak melihat
Pangeran Kucing itu memberi makan kucing-kucing liar di sekitar apartemennya.
Dan pada akhir hari ini aku memutuskan untuk mampir ke toko swalayan terdekat
dari kampusku untuk membeli sebungkus makanan kucing. Aku bermaksud memberi
kucing-kucing liar itu makanan. Kasihan sekali mereka karena mungkin selama
beberapa hari ini mereka kekurangan makanan akibat tidak munculnya Pangeran
Kucing yang sangat tampan itu.
Dan lihatlah betapa rakusnya kucing-kucing
liar itu menyantap makanan yang kuberikan. Aku menatap mereka sambil berpikir,
ke mana kiranya Pangeran Kucing itu berada hingga selama tiga hari ini tidak
muncul? Apakah dia sakit? Apakah dia harus melakukan pekerjaan ke luar kota?
Apakah...
“Oh... Sudah ada yang memberi makan mereka
rupanya?”
Aku menoleh cepat mendengar gema suara itu.
Pangeran Kucing! Menatapku dengan senyumnya yang membekukan seluruh waktu yang
kupunya! Aku seolah meleleh.
“Terima kasih ya?”
Aku hanya sanggup mengangguk. Sejenak kami
berdiri bersisian dalam hening. Menatap kucing-kucing liar itu entah dengan
pikiran melantur ke mana. Hingga akhirnya makanan kucing di tanganku habis. Dan
rasanya memang sudah waktunya aku harus kembali ke apartemenku.
“Tunggu!”
Kuhentikan langkah yang baru saja kumulai
demi mendengar suara empuk itu. Aku menoleh dan dia mengulurkan tangannya
padaku.
“Felix,” ucapnya sambil tersenyum.
“Tizia,” aku menyambut uluran tangannya.
“Kamu tinggal di mana?”
“Di situ,” aku menunjuk sebuah gedung
apartemen berwarna merah bata.
“Sekali lagi terima kasih ya?”
Aku mengangguk. Kemudian, tanpa bisa kucegah,
aku pun mengungkapkan pertanyaan yang selama ini bersemayam dalam otakku.
“Ke mana saja selama beberapa hari ini tidak
kelihatan memberi makan kucing-kucing ini?”
“Oh...,” dia tergelak.
Aku menelan ludah. Berusaha untuk menikmati
keseluruhan senja berwarna keemasan yang sempurna membingkai wajah tampannya.
“Aku pulang sebentar ke kotaku untuk
menjemput istriku.”
Aku hampir saja kehilangan kesadaran begitu gema
suaranya berakhir. Apa dia bilang?
“Felix!”
Aku dan dia sama-sama menoleh ke arah sumber suara
itu. Seorang perempuan berambut keemasan yang sangat cantik menghampiri kami. Wajahnya
tampak cerah.
Tangan Felix terulur, merengkuh bahu perempuan
cantik yang kelihatan tengah berbadan dua itu. Dia kemudian menatapku.
“Tizia, kenalkan ini Alicia, istriku.”
Aku mengulurkan tangan dengan senyum ‘terpaksa’
paling manis yang kupunya. Dan dia, Alicia, perempuan cantik itu, menyambut uluran
tanganku dengan hangat.
“Tizia.”
“Alicia. Kamu tinggal di apartemen ini juga?”
senyumnya secerah binar jingga mentari sore.
Aku menggeleng dan menunjuk gedung apartemenku.
Dan aku tak lagi punya alasan untuk berlama-lama di situ. Kupaksakan untuk tersenyum
ceria sambil melambaikan tangan pada Felix dan Alicia ketika aku melangkah pergi.
Satu hal yang kutahu pasti. Aku patah hati.
kaskus.com
* * * * *
Keseluruhan ilustrasi dalam cermin ini adalah
koleksi foto milik Ibu Erna Riyana Dewi, kecuali gambar terakhir (diambil dari kaskus.com)
wes duwe ojob..kudune jenenge : slamet
BalasHapuskalo felix..kebagusan..
hahahha
Ssst... tak'kandakno tonggoku lho nek njenengan celuki...
HapusNuwus mampire, Mak...
Hiks..hiks.. jadi kangen ama suamiku yang belum pulang ngajar. Dia juga penyayang kucing.
BalasHapusWhoaaa.... Maaf, Buuu...
HapusMakasih mampirnya ya...
Felix the cat.....eh cat lover...
BalasHapusApik Mbak....kucinge lucu2
Lucu koyok sing nulis opo sing moco opo sing komen? Hihihi...
HapusSuwun mampire yo, Mbak...
Felix, hehe nama yang pas :)
BalasHapusHehehe... sengaja...
HapusMakasih mampirnya ya, Mas Ryan...
Ahh.... ada yg patah hati!! :D
BalasHapusKalau saya terusin cermin-nya, bagus kali ya felix dan tizia dijadikan pasangan selingkuh... :D
Anyway cermin cuantik mbak Lis..
Salam hangat
Mau nerusin, nggak tega sama nasib Alicia, Mas Pical. Hehehe...
HapusMakasih mampirnya ya...
Empusnya ngganteng-ngganteng bangeet ik.. :)
BalasHapusHo'oh, empus Azerbaijan kuwi...
HapusMakasih mampirnya ya...
hehehe kasihan Tizia, sakitnya tuh di sinih. :-P
BalasHapusHihihi... sambil goyang dangdut...
HapusMakasih dah singgah, Mbak Indah...
Tizia belum beruntung rupanya...
BalasHapusKayak undian bungkus snack ya, Mbak? Hehehe...
HapusMakasih mampirnya ya...
Huaaaaaa mpusnya lucu-lucuuuu.. Mpusnya bu dewi bisa dibikin cermin kek gini, seru tan :D
BalasHapusHehehe... Makasih, Mbak... Mpus Azeri emang ngegemesin...
Hapuswkkk, cintanya layu sebelum berkembang
BalasHapusHehehe... Ya gitu deh...
HapusMakasih kunjungannya, Mas MJ... Salam kenal :)
kalo nurut aku, ini cerita horor...
BalasHapushoror banget... kucing di mana-mana... hiiiiyyyyy...
Wakakak... Anti-kucing lady moentjoelll...
HapusDuh, Pas berkunjung ketemu yg lg patah hati... wkwkwkwk..
BalasHapusHi, mbak Liz... Kompasiana sepi gak ada mbak Lizz... ;)
Hai, Bang!Kita ketemu lagi di sini. Hehehe... di sebelah masih banyak yang lebih bagus dari saya. Makasih mampirnya, Bang... Masih banyak yang nggak patah hati kok...
Hapusyaaaa, saya suntik mati aja deh istrinya... wakakaka... kasian tizia... wkwkwkwk @usi
BalasHapusWhoaaa... sadiiisss...
HapusMakasih mampirnya, Mbak Usi...