Minggu, 25 Januari 2015

[Cerpen] Celebration Cakes





sayangpacar.com

“Whoaaa... Ini bagus banget, Mbak Mayang!”

Mayang tersenyum lega melihat rona puas tergambar nyata pada paras cantik Bu Rudy. Cupcakes warna-warni yang dibuatnya untuk perayaan ulang tahun Yonna, putri sulung Bu Rudy, memang terlihat sangat cantik.

“Nggak salah, deh, saya jadi langganan Mbak Mayang." Bu Rudy mengatupkan kedua telapak tangannya di dada.

“Semoga nggak mengecewakan Bu Rudy,” senyum Mayang. “Dan, saya punya kejutan buat Ibu. Anggap saja bonus karena Ibu sudah jadi pelanggan setia cakery saya.”

Sabtu, 24 Januari 2015

[Cerpen] Ramalan Ketiga






Sejak kecil, ramalan Emil selalu kuanggap angin lalu dan canda belaka. Entah sudah berapa kali terbukti ketepatannya, sebenarnya. Tapi aku selalu menganggapnya kebetulan yang bersifat umum. Entahlah. Sejujurnya dalam hati kecilku ada debar-debar tak tentu arah ketika ia mengucapkan ramalannya atas secuil hidupku.

“Apa yang akan kuhadapi hari ini?”

Aku sering mengucapkan kalimat itu. Hanya untuk menggodanya, tentu saja. Tapi ia akan menanggapinya dengan menatapku lama, dan menjawabnya dengan kalimat umum.

“Hm... Hidupmu akan berwarna merah jambu hari ini.”

Atau...

Kamis, 22 Januari 2015

[Puisi] Shinta Gugat





wayangku.wordpress.com



Tiga belas tahun bukan waktu yang singkat, Kangmas
Untuk pertahankan kesucianku
Dalam balutan debar dan sejuta cemas
Kutunggu pembebasan melalui hadirmu

Ya, kau datang pada akhirnya
Ketika harap nyaris putus di tepi waktu
Hancurkan seluruh bumi Alengka
Dan bawa pulang aku bersamamu



Rabu, 21 Januari 2015

[Puisi] Madri Obong





denuaeni98.blogspot.com



Aku hanya selembar bayang
Terperangkap dalam hikayat-hikayat daun lontar
Yang perlahan tenggelam menghilang
Hanya tinggalkan setitik rona pendar

Ini tentang setiaku
Pada kangmasku Salya
Pada suamiku Pandu
Pada pengampu cerita Mahabharata



Jumat, 16 Januari 2015

[Cerpen] Jurnal





http://www.rumahpiano.com/jual-grand-pianosteinway-sons-type-a/


17 Januari 1980

“Duduk!”

Dari tempatku berdiri di sudut, aku melihat perempuan setengah baya itu menunjuk kursi dengan wajah geram. Perempuan berusia lebih muda yang ditatapnya menunduk, lalu duduk di atas kursi itu dengan patuh.

“Sebenarnya maumu apa, Emma?!”

Perempuan muda yang dipanggil Emma itu menengadah sebentar, kemudian menunduk kembali.

“Aku mencintainya, Bu...,” bisiknya dengan suara gemetar.

Diam-diam aku tercekat.

Rabu, 14 Januari 2015

[Cerpen] Sepatu







“Ini sepatu Dotty ya?”

Mas Eric menggoyangkan benda yang baru ditemukannya di dalam mobil. Aku menatapnya sejenak, kemudian mengangguk. Ia mengulurkannya padaku dan aku menerimanya. Kutatap lagi benda itu.

Sepasang sepatu prewalker mungil berwarna merah dengan aplikasi bunga merekah di atasnya. Terlihat begitu centil dan manis. Milik Dotty, bayi Rahardian dan Benita.