Hampir selalu ada kisah di balik layar cerita-cerita fiksi yang saya tulis. Salah satunya ya di cerbung yang saat ini sedang tayang, "Perawan Sunti dari Bawono Kinayung".
Seperti yang sudah pernah saya singgung sedikit, sebetulnya setelah "Jarik Truntum Garuda" kemarin saya mau nerusin 'jembatan' antara "Rinai Renjana Ungu" dan "Lift". Entah tahun berapa saya nulis kedua judul itu. Pokoknya sudah lama juga sih. Tapi masih ada celah buat menguliknya kembali.
Loncat dulu ke lain hal. Saya gabung di beberapa WAG. Macam-macam WAG. Dari yang basic-nya alumni sekolah, WAG kepenulisan, WAG rumpi sesama 'penulis dan penikmat tulisan', WAG lingkungan, sampai WAG persohiban. Yang terakhir ini ada dua lingkaran. Salah satunya dengan beberapa sohib lama di luar sekolah.
WAG yang satu ini anggotanya tujuh orang. Nama WAG-nya GWS (Grup Wong Sèmpêl ; sèmpêl = edan). Kalau lagi sepi ya suepiii nyenyet sampai berhari-hari blong. Kalau lagi ramai ya ruamai puolll. Sampai akhirnya dekat-dekat saya selesai nulis "Jarik Truntum Garuda", ada yang kasih pesan di WAG gini (aslinya dalam bahasa Jawa, saya sarikan saja ya...) : "aku habis baca (cerpen) Empat Purnama di Atas Catana, bisa nggak dirimu bikin versi Indonesianya yang fantasi-fantasi kayak gitu?"
Secara khusus, saya ingin berterima kasih pada Mas Domi yang sudah berkenan susah payah masuk ke pikiran saya 🤣 hanya demi sepotong wangsit sebuah cerita. (FYI, pemuda ganteng ini sepantaran si boy saya 😁) Juga buat para sohib di WAG GWS yang kadang ngaco, kadang slendro, kadang mendho, kadang juga seriyesss, tapi lebih banyak sèmpêlnya, terutama yang sering komen nyleneh di blog ini dengan nama sakti Papae Quin 🤣. Love you all, guys! 💕 Semangat terus! Terutama buat pasangan Mas Chris dan Mbak Tiwi yang sedang memperjuangkan kesembuhan Mas Chris melawan kanker. Semoga cerita-cerita dalam blog ini bisa menghibur kalian secara khusus, dan para pembaca secara umum.
Seperti yang sudah pernah saya singgung sedikit, sebetulnya setelah "Jarik Truntum Garuda" kemarin saya mau nerusin 'jembatan' antara "Rinai Renjana Ungu" dan "Lift". Entah tahun berapa saya nulis kedua judul itu. Pokoknya sudah lama juga sih. Tapi masih ada celah buat menguliknya kembali.
Loncat dulu ke lain hal. Saya gabung di beberapa WAG. Macam-macam WAG. Dari yang basic-nya alumni sekolah, WAG kepenulisan, WAG rumpi sesama 'penulis dan penikmat tulisan', WAG lingkungan, sampai WAG persohiban. Yang terakhir ini ada dua lingkaran. Salah satunya dengan beberapa sohib lama di luar sekolah.
WAG yang satu ini anggotanya tujuh orang. Nama WAG-nya GWS (Grup Wong Sèmpêl ; sèmpêl = edan). Kalau lagi sepi ya suepiii nyenyet sampai berhari-hari blong. Kalau lagi ramai ya ruamai puolll. Sampai akhirnya dekat-dekat saya selesai nulis "Jarik Truntum Garuda", ada yang kasih pesan di WAG gini (aslinya dalam bahasa Jawa, saya sarikan saja ya...) : "aku habis baca (cerpen) Empat Purnama di Atas Catana, bisa nggak dirimu bikin versi Indonesianya yang fantasi-fantasi kayak gitu?"
Awalnya saya ketawa. Saya jawab : "bisa, tapi tak'semedi dulu". Percaya nggak percaya, malemnya saya mimpi aneh. Semacam terseret masuk ke dunia antah berantah yang teduh banget. Bahkan sampai berhari-hari saya ingat terus suasana dalam mimpi saya, termasuk detail rumahnya yang masih tradisional, danaunya, jalan setapaknya, sungainya, padang rumputnya, gunung-gunung di luarnya, dan masih banyak lagi (asli, saya masih merasa merinding saat nulis catatan ini). Saya masih belum ngeh sampai mimpi kedua datang. Mimpi yang sama, ditambah ada semacam tokoh di dalamnya. Seorang gadis muda dengan mahkota bunga di kepala. Duduk bersama seekor serigala berbulu merah, tampaknya lagi asyik ngobrol. Lagi-lagi detail itu masih nempel di otak saya selama berhari-hari.
Saya masih abai terhadap segala macam detail itu sampai ada WA yang masuk ke ponsel saya. Nomor tak dikenal, dengan pp familiar. Dia putra salah seorang anggota WAG GWS. Singkat saja pesannya : 'tante sudah dapat wangsitnya? Itu saya yang kirim lho! Susah banget masuk ke pikiran tante 🤣".
Saya bengong sebengong-bengongnya. Ini serius??? Dan saya jadi percaya dia yang 'mengirim' mimpi itu karena dia bisa mengupas secara detail mimpi saya YANG BELUM SAYA CERITAKAN PADA SIAPA PUN itu.
"Bikin ceritanya tante. Nanti saya bantu." Begitu penutupnya. Suer, baru kali ini saya mengalami hal 'mengerikan' seperti ini! Tapi saya nggak punya dalih untuk ngeles. Ya, saya memang lagi butuh ide baru karena cerbung "Jarik Truntum Garuda" saat itu sudah hampir selesai. Selain itu detail mimpi ini masih nempel banget di kepala saya.
Maka, saya mulai menggarap ide tersebut. Tanpa banyak cingcong, muncul judul "Perawan Sunti dari Bawono Kinayung", tuing! nongol begitu saja di kepala. Ketika saya cari ilustrasi buat banner judul, dengan mudahnya saya dapat gambar seorang perawan sunti mengenakan mahkota bunga di kepala dengan latar belakang monokrom dan seolah berkabut, di pixabay. Persis dengan gambaran yang terekam dari mimpi saya. Daaan... Hadirlah cerbung "Perawan Sunti dari Bawono Kinayung" di blog ini.
Sepakat dengan Mas Pawang (😁), kami mengarahkan cerita ini lebih sebagai cerita fantasi. Mungkin ada romans-romansnya sedikit sebagai bumbu. Tapi genrenya sendiri (coba) masuk ke fantasi, sesuai dengan bayangan-bayangan dan fantasi kami belaka. Kami tak mau terjebak dalam cerita berbau mistik.
Sepakat dengan Mas Pawang (😁), kami mengarahkan cerita ini lebih sebagai cerita fantasi. Mungkin ada romans-romansnya sedikit sebagai bumbu. Tapi genrenya sendiri (coba) masuk ke fantasi, sesuai dengan bayangan-bayangan dan fantasi kami belaka. Kami tak mau terjebak dalam cerita berbau mistik.
Secara khusus, saya ingin berterima kasih pada Mas Domi yang sudah berkenan susah payah masuk ke pikiran saya 🤣 hanya demi sepotong wangsit sebuah cerita. (FYI, pemuda ganteng ini sepantaran si boy saya 😁) Juga buat para sohib di WAG GWS yang kadang ngaco, kadang slendro, kadang mendho, kadang juga seriyesss, tapi lebih banyak sèmpêlnya, terutama yang sering komen nyleneh di blog ini dengan nama sakti Papae Quin 🤣. Love you all, guys! 💕 Semangat terus! Terutama buat pasangan Mas Chris dan Mbak Tiwi yang sedang memperjuangkan kesembuhan Mas Chris melawan kanker. Semoga cerita-cerita dalam blog ini bisa menghibur kalian secara khusus, dan para pembaca secara umum.
Salam hangat,
Lizz.
Lizz.
Aslie awak saueneng ngisruh blogmu nyah wkkkkkkkkkk
BalasHapusBiange sèmpêl ncene awakmu, Nyut 🙄🙄🙄
HapusGak tau lagi mu komen apa 😂
BalasHapusNikmatin aja... Nggak perlu tiap kali komen juga gpp.
HapusSik mesti pancen menghibur tenan je blog iki. Menyihir. Maturnuwun dongane dik. Mas Frank wis dituruti requeste. Suk kapan giliranku yo tapi kosik mikir sik requeste ha ha ha ha .....
BalasHapusHehehe... Monggo, Mbak... 🙏💕
HapusMaturnuwun dongane 🙏
BalasHapusBerkah Dalem Gusti 🙏
Sami-sami. Berkah Dalem... 🙏
HapusWwwwoooowww......
BalasHapus