Sander mendesah dalam hati sembari menatap layar tabletnya.
Kerinduan itu makin pepat. Kerinduan yang sesekali terpaksa dipenjarakannya di sudut hati selama ia menyibukkan diri mengikuti training. Sesekali pula ia membuka Instagram atau Whatsapp, gatal hendak mengirimkan sepotong tanya ‘apa kabar?’. Tapi semuanya nihil dihajar kenyataan bahwa bisa jadi sapaannya akan lebih menimbulkan rasa rindu yang lain. Rindu untuk berpanjang kata dengan gadis itu.
Prisca sejenak memejamkan mata ketika Erlanda muncul dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut sebelum duduk menghadap ke meja makan. Sebuah kebiasaan yang nyaris tak pernah putus dilakukan Erlanda setiap pagi sejak hari pertama setelah mereka menikah. Sebersit aroma khas Erlanda samar mengelus hidungnya. Parfum woody yang bercampur dengan jejak aroma sabun mandi dan aftershave. Aroma yang amat sangat disukai Prisca. Laki-laki itu duduk di sebelahnya.
Sejak melangkah bersisian meninggalkan area parkir, Erlanda sudah menggenggam telapak tangan kanan Prisca. Sebuah genggaman yang terasa dingin, lembap, dan sedikit bergetar bagi Prisca. Membuat perempuan itu meremasnya dengan lembut. Erlanda menoleh sekilas.