Ketika Ayah menunjukkan ruangan itu, aku
hanya bisa ternganga takjub. Sebuah tempat dengan ratusan buku yang memenuhi rak
pada ketiga sisi dinding. Satu sisi dindingnya yang tersisa dipenuhi
jendela-jendela besar yang membuka ke arah taman kecil di belakang rumah. Sebuah
kursi goyang berdiri manis di sudut dekat jendela. Sungguh suatu surga dunia
bagiku yang berani mengklaim diri sebagai pecinta buku.