Aku tercenung menatap
layar laptopku. Barisan kata-kata itu menari dan meliuk di mataku. Kulihat
tarian itu mengabur. Dan tetesan bening meluncur di pipiku.
Betapa
kalimat itu menyiratkan duka. Beban. Patah. Sungguh, aku bisa merasakannya.
Dik,
pada akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke Surabaya. Mungkin sementara.
Mungkin juga selamanya. Aku gagal. Semuanya. Gagal memaafkannya. Gagal
memaafkan diriku sendiri. Gagal jadi istri yang baik. Gagal jadi ibu yang bisa
menjaga ayah anak-anakku.
Anak-anak kubawa, Dik.
Sekalian masuk SMP di sini. Mampirlah kalau suatu saat kau mudik.
Big
hug,
Karina